Dampak penurunan bunga kredit usaha rakyat mulai tahun ini dinilai tidak akan optimal jika akses perkreditan bagi pelaku usaha masih terbatas.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menurunkan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) 7 persen pada tahun lalu menjadi 6 persen mulai 1 Januari 2020. Langkah itu diharapkan dapat meningkatkan kontribusi usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM terhadap perekonomian nasional.
Selain menurunkan suku bunga, batas atas KUR mikro juga ditingkatkan pada tahun ini, yakni dari Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta per debitor. Adapun KUR perdagangan dinaikkan dari Rp 100 juta menjadi Rp 200 juta per debitor. Pemerintah juga menaikkan plafon penyaluran KUR dari Rp 140 triliun menjadi Rp 190 triliun.
Akan tetapi, tidak semua pelaku UMKM mampu mengakses perbankan yang mengalurkan KUR. Oleh karena itu, menurut Ketua Umum Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumindo) M Ikhsan Ingratubun, penyaluran KUR melalui lembaga nonbank perlu terus diupayakan untuk meningkatkan akses, antara lain melalui koperasi.
”Koperasi adalah sarana atau wadah yang tepat untuk pemberdayaan ekonomi bangsa,” kata Ikhsan saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (26/1/2020).
Sementara itu, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis Suroto berpendapat, pemerintah masih terjebak paradigma pembiayaan mikro bahwa perluasan akses kredit merupakan salah satu cara menyelesaikan kemiskinan.
Menurut Suroto, keberhasilan kebijakan pembiayaan mikro ditentukan oleh kemampuan masyarakat kecil dan pelaku usaha mikro kecil mengendalikan kredit menurut skema yang mereka kehendaki. Tak sekadar terbuka aksesnya, literasi keuangan mereka juga meningkat.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2018, jumlah usaha mikro di Indonesia mencapai 63,35 juta atau 98,68 persen dari total jumlah unit usaha di Indonesia. Sementara, jumlah usaha kecil mencapai 783.132 unit (1,22 persen), usaha menengah 60.702 unit (0,09 persen), dan usaha besar 5.500 unit atau 0,01 persen.
Capai target
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyalurkan KUR sebesar Rp 25,02 triliun sepanjang tahun lalu atau 100,09 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 25 triliun. SVP Micro Development & Agent Banking Bank Mandiri Zedo Faly menyatakan, meski ada tantangan perlambatan ekonomi pada tahun ini, pihaknya yakin target perluasan penyaluran KUR hingga Rp 30 triliun pada tahun ini bisa tercapai.
Pada 2019, Mandiri membukukan laba bersih Rp 27,48 triliun, tumbuh 9,9 persen dibandingkan capaian pada 2018 yang Rp 25,01 triliun. Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, pihaknya mengutamakan prinsip pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan di tengah persaingan ketat dalam penyaluran kredit.