2019, Mandiri Bukukan Laba Bersih Rp 27,48 Triliun
Pertumbuhan penyaluran kredit konsolidasi hingga dua digit jadi tumpuan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dalam membukukan laba bersih hingga mencapai Rp 27,48 triliun sepanjang 2019.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan penyaluran kredit konsolidasi hingga dua digit jadi tumpuan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dalam membukukan laba bersih hingga mencapai Rp 27,48 triliun sepanjang 2019. Perseroan menjaga kualitas kredit dengan memperketat kajian untuk memastikan pemenuhan kewajiban calon debitor.
Capaian laba bersih tersebut tercatat tumbuh 9,9 persen dibandingkan dengan capaian laba bersih pada 2018 sebesar Rp 25,01 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 10,65 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 907,5 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, konsistensi dalam mengutamakan prinsip pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan Bank Mandiri dalam melewati tahun 2019 yang diwarnai dengan persaingan ketat dalam penyaluran kredit.
”Dalam menyalurkan kredit, kami senantiasa berpatokan pada kajian yang ketat dengan berusaha menjaga komposisi portofolio segmen wholesale dan ritel yang saat ini di kisaran 65 persen dan 35 persen agar penyaluran kredit bisa lebih optimal,” kata Royke di Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Bank Mandiri memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross turun 42 basis poin menjadi 2,33 persen dibandingkan dengan Desember 2018. Dampaknya, biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) turun 14,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp 12,1 triliun.
Dari capaian pertumbuhan kredit konsolidasi, Bank Mandiri berhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp 59,4 triliun, naik 8,8 persen dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya.
Royke menjelaskan, portofolio perseroan di segmen wholesale hingga triwulan IV-2019 mencapai Rp 516,4 triliun, tumbuh 9,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun segmen ritel pada periode yang sama mencapai Rp 275,9 triliun atau tumbuh 11,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Royke menuturkan, kredit korporasi menjadi penopang utama segmen wholesale dengan capaian Rp 329,8 triliun. Sementara kredit mikro dan kredit konsumer menjadi andalan segmen ritel dengan capaian masing-masing Rp 123 triliun dan Rp 94,3 triliun.
”Kredit korporasi kami tumbuh baik di kisaran 7,7 persen dibanding tahun sebelumnya, sedangkan penyaluran kredit mikro naik 20,1 persen secara tahunan,” ujarnya.
Adapun kredit konsumer akhir tahun 2019 tumbuh 7,9 persen dibandingkan dengan tahun 2018. Sementara bisnis kartu kredit dan kredit kendaraan bermotor memiliki laju ekspansi masing-masing 20,1 persen menjadi Rp 13,8 triliun dan 9,6 persen menjadi Rp 34,6 triliun.
Perluas KUR
Sepanjang 2019, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 25,02 triliun, dengan rasio sebesar 100,09 persen dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 25 triliun. Tahun ini perseroan mendapatkan jatah alokasi penyaluran KUR sebesar Rp 30 triliun.
SVP Micro Development & Agen Banking Bank Mandiri Zedo Faly optimistis tahun ini penyaluran kredit dapat mencapai target yang ditugaskan oleh pemerintah. Dari tahun ke tahun, lanjutnya, realisasi penyaluran KUR Bank Mandiri selalu mencapai 100 persen.
Meski mengalami tantangan perlambatan ekonomi pada 2020, Zedo meyakini, dengan adanya kebijakan dari pemerintah untuk menurunkan suku bunga menjadi 6 persen, penyaluran KUR akan tetap tumbuh positif tahun 2020.
”Bank Mandiri tentunya seiring dengan penurunan suku bunga KUR dan penambahan plafon akan berupaya maksimal agar penyaluran KUR dapat disalurkan secara optimal sesuai plafon yang dipercayakan pemerintah kepada Bank Mandiri,” ujar Zedo.
Separuh dari total penyaluran KUR Bank Mandiri atau Rp 12,53 triliun kredit telah disalurkan ke sektor produksi, antara lain sektor pertanian sebesar 17,89 persen, sektor perikanan (0,28 persen), dan sektor industri pengolahan (3,77 persen).
Seluruh penyaluran tersebut disebutkan dilakukan secara hati-hati sehingga berhasil menjaga rasio kredit bermasalah KUR di angka 0,44 persen.