Pengendalian gawai ilegal, selain perluasan jaringan infrastruktur telekomunikasi seluler, dinilai mendorong pertumbuhan pasar ponsel pintar tahun depan.
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pengiriman ponsel pintar, menurut proyeksi International Data Corporation Indonesia, diperkirakan tumbuh tujuh persen pada tahun 2020. Pelaksanaan pengendalian gawai ilegal melalui identifikasi International Mobile Equipment Identity atau IMEI mulai 18 April 2020 diperkirakan menjadi salah satu pemicu kenaikan pengiriman tersebut.
Analis Pasar International Data Corporation (IDC) Indonesia, Risky Febrian, yang dihubungi Minggu (29/12/2019), di Jakarta, mengatakan, pertumbuhan pengiriman itu terutama berasal dari merek ponsel pintar yang selama ini banyak diedarkan dan dijual secara ilegal.
“Penawaran harga jual ponsel pintar yang lebih murah mendorong peredarannya marak di pasar. Harga produk legal lebih mahal sehingga mampu menurunkan minat konsumen untuk membeli,” ujar dia.
Pengendalian gawai ilegal membuat pemilik toko yang masih memiliki stok gawai ilegal berusaha keras menjualnya sebelum April 2020. Hal itu bisa berdampak pada turunnya harga ponsel. Namun, pemerintah tetap perlu memperketat pengawasan impor dan penyelundupan.
Program Vice President for IDC’s Mobile Device Tracker Program, Ryan Reith, mengutip Telecoms.com, menyebutkan bahwa pengiriman ponsel pintar di seluruh dunia cenderung turun sejak 2017. Khusus di negara maju, penetrasi ponsel pintar telah lebih dari 100 persen populasi.
Pada yang sama, produsen melakukan peningkatan produk secara bertahap, mulai dari kapasitas memori sampai fitur perangkat lunak. Namun, peningkatannya dinilai kurang inovatif.
Infrastruktur
Di negara berkembang, perluasan infrastruktur jaringan telekomunikasi seluler untuk 4G meningkatkan pengiriman ponsel pintar tahun 2020. Seecara global, euforia teknologi 5G serta ponsel pendukungnya diperkirakan mendorong pengiriman.
Pasar ponsel pintar secara global diperkirakan tumbuh 1,5 persen tahun 2020 dengan volume pengiriman lebih dari 1,4 miliar unit. Sekitar 14 persen di antaranya atau 190 juta unit merupakan ponsel 5G.
Selain itu, pendapatan operator telekomunikasi seluler di Indonesia, menurut analisa Moody’s Investor Service, diperkirakan tumbuh 5-6 persen pada kurun 2019-2020. Peningkatan permintaan layanan 4G dan penetrasi ponsel pintar memengaruhinya.
Sebelumnya, Analyst Corporate Finance Group Moody’s Investors Service Stephanie Cheong menyatakan, penerapan aturan baru tentang pendaftaran IMEI ponsel dapat meningkatkan persaingan pada 2020.
Digital and Public Relations Director Vivo Indonesia Fachryansyah Farandy, saat acara Year End Gathering:Greater Together in One, Jumat (27/12/2019) malam, di Jakarta, mengatakan, Vivo sudah menambah kapasitas lini produksi pabrik kedua yang berlokasi di Cikupa, Tangerang. Penambahan ini diharapkan bisa mendukung target produksi total jutaan unit dari berbagai seri pada 2020.
"Sepanjang tahun 2019, pasar ponsel pintar di Indonesia berkembang sangat dinamis. Salah satunya dipengaruhi oleh perilaku konsumen yang semakin bersegmen, seperti konsumen khusus penyuka ponsel pintar gim, gaya hidup, dan fotografi. Kami memperkirakan, pada tahun 2020 akan muncul segmen baru," ujar.
Perilaku konsumen yang semakin bersegmen itu tidak hanya ditangkap oleh Vivo. Menurut Fachryansyah, produsen lain juga ikut dan akhirnya tergiur memproduksi jenis ponsel pintar yang serupa. Menyikapi kompetisi yang akan semakin ketat, Vivo berkomitmen pada riset.
Berdasarkan riset IDC Indonesia, pada triwulan III-2019, pangsa pasar Vivo berada di urutan kedua dengan persentase sekitar 22,8 persen. Di urutan pertama terdapat Oppo, dengan persentase 26,2 persen.
Pada saat bersamaan, Product Manager Vivo Indonesia Ricky Burnardi mengklaim, sepanjang 2019, penjualan ponsel pintar Vivo terbanyak kategori low-end atau di kisaran harga 100 - 200 dollar AS. Penjualan terbanyak kedua berasal kategori mid-range atau sekitar 200 hingga kurang dari 400 dollar AS. Sebagai contoh, ponsel pintar Vivo seri Y dan V.
Dia mengatakan, seri ponsel pintar tersebut berkontribusi signifikan terhadap perkembangan pangsa pasar Vivo di Indonesia. Di luar itu, dia mengakui ada seri lain yang ikut berperan penting mendongkrak pangsa pasar Vivo yaitu S dan Z.
Mengenai tren 2020, Ricky memroyeksikan, konsumen generasi muda dan kebiasaan vlogging akan mempengaruhi inovasi ponsel pintar khusus fotografi dan video. Ponsel pintar untuk 5G belum akan dijual di Indonesia pada tahun depan dikarenakan Vivo masih menunggu kesiapan pemerintah. Di pasar internasional, dia mengakui, Vivo telah menyiapkan ponsel pintar 5G, antara lain X30, iQoo, dan Next 3.