Rp 4,5 Triliun untuk Realisasi Hilirisasi Batubara
PT Bukit Asam Tbk menargetkan hilirisasi batubara sudah bisa direalisasikan pada 2023. Untuk keperluan itu, Bukit Asam berinvestasi Rp 4,5 triliun.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bukit Asam Tbk menginvestasikan Rp 4,5 triliun untuk merealisasikan hilirisasi batubara dalam bentuk gas dan pembangkit listrik di mulut tambang. Proyek hilirisasi ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2023.
Di tengah harga batubara yang melemah, perusahaan berencana menaikkan produksi pada 2020.
Bukit Asam menggandeng sejumlah perusahaan untuk menggarap proyek gasifikasi batubara. Perusahaan itu adalah PT Pertamina (Persero), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, dan Air Products and Chemicals Inc asal Amerika Serikat. Air Products adalah pemilik teknologi gasifikasi batubara. Produk gasifikasi direncanakan menghasilkan dimetil eter dan metanol.
”Kami menginvestasikan Rp 4,5 triliun untuk pengembangan hilirisasi pada 2020. Rencana lokasi proyek gasifikasi ada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan,” kata Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin, Senin (23/12/2019), di Jakarta.
Menurut Arviyan, produk yang dihasilkan dari proyek gasifikasi akan dibeli Pertamina. Dimetil eter adalah bahan baku elpiji. Adapun metanol menjadi bahan tambahan biosolar, bahan bakar minyak hasil pencampuran biodiesel dan solar.
”Dari perhitungan kami, harga metanol dari hasil gasifikasi batubara lebih murah ketimbang metanol dari gas alam. Jadi, secara bisnis, gasifikasi batubara mempunyai prospek yang menarik,” ujar Arviyan.
Dalam waktu dekat akan segera dibentuk perusahana patungan untuk bisnis di hulu dan hilir. Air Products and Chemicals Inc, selaku pemilik teknologi gasifikasi, diperkirakan memegang saham mayoritas untuk bisnis hulu gasifikasi. Total investasi untuk proyek ini 3,5 miliar dollar AS atau setara Rp 49 triliun.
Direktur Niaga Bukit Asam Adib Ubaidillah menambahkan, perusahaan akan meningkatkan produksi batubara pada 2020 menjadi sekitar 30 juta ton. Adapun produksi batubara Bukit Asam sampai akhir tahun 2019 sekitar 28,5 juta ton. Harga batubara yang melemah pada 2019 menyebabkan pendapatan perusahaan menurun.
”Di tengah pelemahan harga batubara, kami terus melanjutkan efisiensi operasi perusahaan. Selain itu, mulai 2020, mayoritas batubara perusahaan akan dijual langsung kepada pembeli akhir, tidak lagi melalui perantara (trader),” kata Adib.
Sebelumnya, Komisi VII DPR mendesak pemerintah merealisasikan gasifikasi batubara. Selain untuk bahan baku elpiji, hasilnya diharapkan juga dapat dipakai untuk memasok gas rumah tangga. Namun, harga gas itu disebut pemerintah mahal dan tidak ekonomis.
”Harganya bisa mencapai 14 dollar AS per juta meter british thermal unit (MMBTU). Akan sulit bersaing dengan gas yang dijual di pasar tunai (spot) dengan harga sekitar 5 dollar AS per MBTU,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Djoko Siswanto dalam rapat kerja dengan Komisi VII beberapa waktu lalu.