Pelindo IV Perluas Pelabuhan Peti Kemas Bitung pada 2020
Pelabuhan Peti Kemas Bitung di Sulawesi Utara bakal menjadi pelabuhan simpul internasional di kawasan Indonesia bagian timur dengan kapasitas 2 juta TEU per tahun pada 2025.
Oleh
Kristian Oka Prasetyadi
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — PT Pelindo IV akan memperluas dermaga dan lapangan penumpukan Pelabuhan Peti Kemas Bitung, Sulawesi Utara, pada 2020. Perluasan yang menjadi bagian dari rencana induk pengembangan pelabuhan simpul internasional itu akan meningkatkan kapasitas pelabuhan hingga tiga kali lipat.
Dihubungi dari Manado, Sabtu (21/12/2019), Corporate Secretary Pelindo IV I Made Herdianta mengatakan, lapangan penumpukan Pelabuhan Peti Kemas Bitung akan diperluas hingga 5 hektar pada 2020. Setelah pembangunan ini, luas lapangan penumpukan di terminal itu akan menjadi 15 hektar.
”Ada kolam di sekitar pelabuhan yang akan kami reklamasi. Pembangunan sudah pasti tahun depan, tapi kami belum bisa memastikan di bulan apa. Ada perizinan yang harus diselesaikan lebih dulu,” tutur Herdianta.
Mulanya, Pelabuhan Peti Kemas Bitung memiliki lapangan penumpukan peti kemas hanya 5 hektar dengan panjang dermaga 131 meter. Pembangunan yang selesai pada 2018 menambah luasnya menjadi 10 hektar dan panjang dermaga menjadi 650 meter.
Pembangunan saat itu didanai dari APBN. Sebab, Pelabuhan Peti Kemas Bitung adalah proyek strategis nasional yang dijadikan pelabuhan simpul internasional. Untuk pembangunan pada 2020, Herdianta belum bisa memastikan jumlah investasi dan sumber dananya.
”Kami akan lihat situasi dan kondisi. Diusahakan tidak membebani APBN. Dananya bisa dari internal, bisa juga melalui kerja sama dengan mitra strategis,” kata Herdianta.
Saat ini, kapasitas Pelabuhan Peti Kemas Bitung sekitar 250.000 TEU (peti kemas 20 kaki) per tahun. Pembangunan itu akan meningkatkan kapasitas lapangan penumpukan peti kemas hingga tiga kali lipat menjadi 750.000 TEU per tahun.
Herdianta menyebutkan, rencana ini merupakan bagian dari rencana induk pembangunan pelabuhan hingga 2025. PT Pelindo IV menargetkan kapasitas pelabuhan di Bitung bisa mencapai 2 juta TEU per tahun.
Peningkatan kapasitas ini juga ditopang dengan menambah dua rubber tyred gantry (RTG) atau alat pemindah peti kemas menjadi total 10 unit. Pelabuhan Bitung juga memiliki 5 derek peti kemas (container crane), 2 kendaraan reach stackers, dan 26 truk. Staf operator juga akan ditambah.
Kawasan ekonomi khusus
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo IV Farid Padang mengatakan, peningkatan kapasitas itu dilaksanakan untuk mempersiapkan Bitung sebagai simpul ekspor bagi komoditas dari Indonesia timur serta mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung. Rute pelayaran internasional yang kini sedang diupayakan adalah Bitung-Davao, Filipina.
”Pelabuhan Bitung akan dijadikan hub (simpul) yang didukung pelabuhan feeder, seperti Gorontalo, Ternate, dan Ambon. Ini untuk mengonsolidasi aliran kargo supaya program ekspor bisa berkelanjutan,” kata Farid.
Peningkatan kapasitas pelabuhan pun tidak akan mengubah biaya pelayanan. Saat ini, biaya pandu kapal di Pelabuhan Peti Kemas Bitung sebesar 82 dollar AS, sedangkan biaya tambat 0,168 dollar AS. Biaya air ditetapkan 4,87 dollar AS.
Adapun biaya bongkar muat di Pelabuhan Peti Kemas Bitung hanya Rp 812.500 per peti kemas 20 kaki. Biaya itu sudah mencakup Rp 99.000 untuk dibayarkan kepada tenaga kerja bongkar muat.
Jumlah tersebut juga telah mencakup beragam layanan pemindahan peti kemas, seperti stevedoring (angkut peti kemas dari kapal ke dermaga dengan crane) dan haulage (pengangkutan ke lapangan penumpukan). Farid mengatakan, total tarif ini mengikuti Peraturan Direksi Nomor 19 Tahun 2016.
Di luar jumlah itu, hanya ada biaya pengantaran kontainer dari luar pelabuhan ke lapangan penumpukan (receiving/delivery) sebesar Rp 109.000. Biaya penyimpanan (storage) Rp 18.000. Rincian ini mematahkan klaim dari pengusaha serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan bahwa biaya bongkar muat bisa mencapai Rp 12 juta.
Pada saat yang sama, pemerintah pusat sedang berupaya merampungkan perjanjian dagang dengan beberapa negara. Dalam kunjungan ke Manado beberapa waktu lalu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, prioritas saat ini adalah penyelesaian Perjanjian Kemitraan Dagang Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-Cepa).
Jerry optimistis, perjanjian itu akan membuka lebar pintu ekspor Indonesia, termasuk dari Sulut. ”Kami yakin ekspor akan bagus dan semua daerah akan diuntungkan. Apalagi, pasar Uni Eropa sangat besar dengan 400 juta penduduk,” katanya.
Jerry juga yakin pertumbuhan ekonomi akan melesat melalui ekspor. Meski begitu, ia tidak berkomentar soal realisasi pelabuhan simpul internasional di Bitung yang masih tertunda hingga kini. Ia juga tidak menyebut komoditas apa yang mesti diunggulkan Sulut.