Pengelola LinkAja menargetkan bisa menjangkau 80 persen populasi Indonesia tahun 2020. Dompet elektronik ini antara lain dikenalkan sebagai sarana pembayaran di pasar tradisional, transportasi, dan bantuan sosial.
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Fintek Karya Nusantara selaku pengelola dompet elektronik LinkAja menargetkan perluasan pasar hingga 80 persen dari total populasi penduduk Indonesia pada tahun 2020. Rencana ekspansi ini akan diikuti strategi pemasaran yang menyasar segmen individu dan pelaku usaha yang belum mendapat akses layanan keuangan formal.
Chief Operation Officer PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) Haryati Lawidjaja di Jakarta, Selasa (17/12/2019), mencontohkan, LinkAja diperkenalkan sebagai sarana pembayaran ke pasar tradisional, pungutan pajak daerah, transportasi lokal, universitas, dan bantuan sosial nontunai.
Saat ini, LinkAja diklaim telah dipakai di lebih dari 40 pasar tradisional, lebih dari 14 pajak dan retribusi daerah, 23 transportasi lokal, dan 23 universitas.
Mengenai bantuan sosial nontunai, Finarya telah menjadi mitra Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan beberapa kementerian. Warga penerima bantuan sosial akan menerima dana yang disetor negara ke akun dompet elektronik LinkAja.
Dalam rangka mempermudah registrasi dan verifikasi penerima bantuan sosial nontunai, Finarya menciptakan sistem pengenalan wajah. Sistem ini diterapkan kepada penerima langsung atau sanak keluarga jika penerima telah lanjut usia.
Pada tahun 2019, Finarya terlibat menyalurkan bantuan sosial nontunai di Sleman, Madiun, dan Penajam Paser Utara. Finarya berencana kembali berpartisipasi sampai enam kabupaten/kota pada 2020, antara lain di Cirebon, Padang, dan Banyuwangi.
Dalam sepuluh bulan, jumlah pengguna LinkAja disebutkan telah mencapai 40 juta. Hanya 20 persen pengguna di antaranya yang berdomisili di Jabodetabek.
Chief Marketing Officer Finarya Edward Kilian menyatakan, visi Finarya sejak awal memang menjadikan LinkAja sebagai dompet elektronik yang menjadi solusi, memudahkan akses, dan kebutuhan warga. Warga yang dimaksud di sini adalah mereka yang belum terakses layanan perbankan. Segmen kedua adalah warga yang telah terakses layanan perbankan, tetapi belum optimal atau disebut juga underbanked.
Melalui visi itu, dia percaya LinkAja akan memiliki pengguna loyal. Sebagai gambaran, sejak diluncurkan Februari sampai November 2019, pengguna aktif bulanan naik 5,1 kali lipat dan transaksi aktif bulanan meningkat 4,7 kali lipat. Pada 2020, perusahaan menargetkan kenaikan lebih tinggi.
Terkait jenis kegunaan LinkAja, Edward menyebutkan sudah ada lebih dari 200 varian pulsa seluler, 400 kategori tagihan, dan 3.000 donasi rumah ibadah. Selain itu, LinkAja juga telah hadir di 380 platform perdagangan secara elektronik atau e-dagang dan 2.500 stasiun pengisian bahan bakar umum milik Pertamina.
LinkAja juga telah menjadi solusi pembayaran di GoJek, kereta komuter Jabodetabek, MRT Jakarta, taksi BlueBird, tiket Garuda Indonesia, Citilink, kereta api Indonesia, dan bus Damri.
”Pada tahun 2020, kami berencana terjun ke layanan keuangan syariah. Mengenai wujud produk, kami pun masih mematangkannya. Kami juga berdiskusi dengan regulator karena proses mematuhi ketentuan syariah,” kata Edward.
Sementara itu, Chief Financial Officer Finarya Ikhsan Ramdan mengatakan, Finarya terbuka terhadap investor swasta yang mau ikut putaran pendanaan seri B pada pertengahan tahun 2020.
Pemegang saham Finarya sampai sekarang masih badan usaha milik negara (BUMN), yaitu Telkomsel, Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, Pertamina, Jiwasraya, dan Danareksa. Pada awal 2020, beberapa BUMN direncanakan masuk sebagai pemegang saham, seperti PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Jasa Marga (Persero), dan Perum Damri.
”BUMN yang sekarang menjadi pemegang saham Finarya bisa dikatakan sebagai investor tahap bibit (seed) dan seri A. Kami terbuka kepada swasta yang mau terlibat berinvestasi ke Finarya. Mengenai komposisi saham, investor swasta tersebut juga harus berbincang dengan BUMN sebab amat terbuka kemungkinan BUMN tambah saham,” kata Ikhsan.