Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan Jadi Tren Global
Tren global saat ini mengarah pada pemanfaatan teknologi informasi, komunikasi, dan telekomunikasi untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Oleh
·3 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS - Tren global saat ini dinilai mengarah pada pemanfaatan teknologi informasi, komunikasi, dan telekomunikasi untuk pembangunan yang berkelanjutan. Teknologi dimanfaatkan untuk menciptakan efisiensi di berbagai aspek, seperti energi dan waktu.
"Itu semua akan menjadi bagian kota cerdas, kota dan lingkungan hijau," kata pengamat teknologi, informasi, dan komunikasi Heru Sutadi di sela Huawei Media Camp di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Jumat (13/12/2019) akhir pekan lalu.
Ditanya terkait program Making Indonesia 4.0, Heru mengatakan secara konsep dan tujuan bagus. Konsep sejenis pun diadopsi secara internasional, terutama lebih pada kegiatan manufaktur, di berbagai negara industri.
Kecerdasan buatan, data besar, serba internet, dan lainnya potensial dimanfaatkan. Di sisi lain ada berbagai hal perlu dipertimbangkan di Indonesia, semisal kebutuhan industri bercorak padat karya. Hal ini terkait jumlah angkatan kerja dan penganggur di Tanah Air.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 tercatat 133,56 juta orang. Angkatan kerja sejumlah itu dibentuk oleh komponen penduduk bekerja sebanyak 126,51 juta orang dan penduduk menganggur yang 7,05 juta orang.
"Karena pekerja banyak dan tingkat pengangguran juga masih tinggi, mungkin ada bidang-bidang yang memang jangan diotomatisasi secara penuh," kata Heru.
Apalagi kondisi masyarakat di Indonesia pun beragam, ada yang telah masuk masyarakat digital atau industri, tetapi ada juga yang bergerak di agraris dan bahkan berburu.
"Banyak tantangan mulai soal keterampilan, kualitas sumber daya manusia (SDM), kultur. Kita tidak bisa melihat semua situasi dan wilayah dengan kacamata sama," ujar Heru.
Selain mengadopsi industri 4.0, menurut Heru, hal yang seharusnya juga dibangun adalah masyarakat Indonesia 5.0; di mana di dalamnya memperhatikan pula aspek kearifan lokal.
Salah satu masalah di Indonesia adalah membuat peta jalan secara nasional yang mengoordinasikan semua pihak dan mengintegrasikan berbagai bidang. Masalah kian menantang ketika teknologi dan pola bisnis berubah sedemikian cepat dan semakin cepat.
"Perubahan dari 4G ke 5G, misalnya, membutuhkan waktu lebih singkat dibandingkan dulu saat perubahan dari 3G ke 4G. Dalam 2-3 tahun ke depan mungkin sudah ada teknologi baru lagi," kata Heru.
Vice President Public Affairs and Communications Huawei Indonesia Ken Qijian menuturkan Huawei berupaya ikut mengembangkan kapasitas SDM di Indonesia. "Ini kami lakukan melalui program generasi cerdas; SmartGen," ujarnya.
SmartGen merupakan program yang bertujuan menumbuhkan lebih banyak talenta muda berkemampuan teknologi, informasi, telekomunikasi (TIK) di Indonesia. Huawei pun menggelar serangkaian pelatihan dan kompetisi TIK bagi mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.
Director ICT Strategy Huawei Indonesia Mohamad Rosidi menuturkan digitalisasi di Indonesia berkembang dengan cepat. Proses dimaksud merambah di sisi perbankan dan pembayaran digital hingga penerapan serba internet dan kota cerdas.
Menurut Rosidi konektivitas berperan penting dalam perkembangan teknologi digital. Huawei pun ingin membawa perkembangan digital ke tiap orang, rumah, dan organisasi agar terkoneksi secara penuh.
Terkait peran investasi di bidang TIK, dia menuturkan setiap peningkatan 1 dollar AS di investasi TIK akan meningkatkan 20 dollar AS di Produk Domestik Bruto. "Ekonomi digital pun tumbuh 2,5 kali lebih cepat dibanding ekonomi dunia," kata Rosidi.