Perekonomian Indonesia masih bersandar pada konsumsi masyarakat untuk menghela pertumbuhan. Oleh karena itu, kondisi konsumsi masyarakat mesti dijaga.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO / DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Serapan tenaga kerja yang meningkat dapat menopang konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penghela utama perekonomian nasional. Oleh karena itu, mekanisme omnibus law untuk Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja diharapkan bisa membuat kondisi semakin positif.
Kondisi yang positif ini diperlukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada 2020.
Pemerintah berencana menerbitkan UU tentang Cipta Lapangan Kerja yang pembahasannya menggunakan metode omnibus law. Artinya, satu UU diterbitkan untuk menyinkronkan sejumlah regulasi yang tumpang tindih dan bertentangan.
”Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 akan di rentang 4,95-5,1 persen. Angka ini di bawah perkiraan awal kami yang 5,2 persen,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani di Jakarta, Selasa (11/12/2019).
Apindo menilai, sulit mendongkrak pertumbuhan ekonomi di atas 5,1 persen pada 2020. Menurut perkiraan Apindo, perekonomian Indonesia pada 2020 akan tumbuh di kisaran 4,85-5,1 persen.
Perkiraan ini berdasarkan pengaruh kondisi pelambatan pertumbuhan ekonomi global terhadap ekonomi dalam negeri yang juga masih menghadapi sejumlah tantangan.
Hariyadi menuturkan, proses pemilu, pelemahan konsumsi dalam negeri, dan defisit neraca perdagangan cukup menahan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Sementara itu, konsumsi masyarakat menyumbang sekitar 60 persen perekonomian nasional. ”Jadi, kalau konsumsi dalam negeri menurun, otomatis akan menahan pertumbuhan ekonomi kita,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2019 sebesar 5,02 persen. Dari angka ini, konsumsi masyarakat menyumbang 2,69 persen.
”Apabila UU Cipta Lapangan Kerja atau omnibus law yang diinisiasi pemerintah bisa berjalan lancar, mungkin akan membalik kondisi menjadi lebih positif sehingga ekonomi bisa lebih tinggi dari 5,1 persen,” ujar Hariyadi.
Distribusi pendapatan yang lebih meluas melalui penciptaan lapangan kerja yang lebih besar, menurut Hariyadi, akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menambahkan, beberapa lembaga, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), memproyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan.
”Situasi pada 2020 kelihatannya tidak akan menjadi lebih baik, terutama ekonomi-ekonomi besar seperti China. Ini semua tentu ikut berdampak pada Indonesia meskipun kita memang bertumpu pada domestik,” katanya.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi pada triwulan III-2019 sebesar Rp 205,7 triliun. Adapun serapan tenaga kerjanya 212.581 orang.
Ketua Bidang Industri Apindo Johnny Dharmawan menuturkan, industri yang kuat jadi dasar kemajuan suatu negara.
Defisit
Secara terpisah, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, defisit APBN 2020 ditetapkan 1,76 persen PDB. Namun, defisit berpotensi melebar untuk menjaga stabilitas perekonomian negara.
”Kalau perekonomian lagi kalang kabut dan dampaknya ke perekonomian Indonesia masih berat, opsi pelebaran defisit masih akan kita ambil,” ujar Suahasil di Jakarta, Selasa. (CAS/DIM)