Operator telekomunikasi seluler PT Telekomunikasi Selular akan menggelar konferensi teknologi The NextDev Summit 2019, Sabtu (7/12/2019), di Balai Sidang Jakarta.
Oleh
mediana
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Operator telekomunikasi seluler PT Telekomunikasi Selular akan menggelar konferensi teknologi The NextDev Summit 2019, Sabtu (7/12/2019), di Balai Sidang Jakarta. Diperkirakan, konferensi teknologi ini akan diikuti 5.000 peserta berlatar belakang usaha rintisan hingga kreator konten.
General Manager Corporate Social Responsibility PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Tubagus Husniyullah, dalam konferensi pers, Selasa (3/12/2019), di Jakarta, menjelaskan, The NextDev sebenarnya adalah program aksi tanggung jawab korporasi yang sudah dijalankan setiap tahun sejak 2015. Konsep awalnya berupa kompetisi usaha rintisan bidang teknologi yang di dalamnya turut diisi pelatihan dengan kurikulum The NextDev Academy.
Hingga sekarang, sudah ada 100 usaha rintisan yang lulus pelatihan The NextDev Academy. Dalam penyelenggaraannya, perusahaan rutin menggelar sosialisasi ke 20 kabupaten/kota.
Menurut dia, pada 2019, program aksi tanggung jawab korporasi itu siap dikembangkan menjadi semacam tempat berkumpulnya atau hub bagi pemain di ekosistem ekonomi digital.
Oleh karenanya, dalam acara konferensi teknologi The NextDev Summit 2019, perusahaan juga akan mengikutsertakan sejumlah perusahaan modal ventura dan perusahaan teknologi lainnya sehingga diharapkan tercipta kolaborasi.
Founder & CEO Storial Steve Wirawan menjelaskan, Storial sebagai laman pemasaran untuk penerbitan konten narasi berbentuk apa pun. Visi perusahaan adalah mengakomodasi para penulis di luar Jawa yang kesusahan menerbitkan konten.
CEO OmniVR Nico Alyus mengatakan, teknologi realitas virtual sudah berkembang pesat dalam arti implementasinya akan semakin inovatif dengan hadirnya teknologi 5G. Oleh karenanya, para pengembang teknologi realitas virtual seperti perusahaannya perlu berkolaborasi dengan operator telekomunikasi.
”Di mata dunia, Indonesia bukan lagi dipandang sebagai pasar teknologi realitas virtual, melainkan produsen,” kata Nico. (MED)