Pemerintah memberikan kesempatan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang berorientasi ekspor untuk unjuk gigi dalam pameran internasional Expo 2020 Dubai.
Oleh
JUD/CAS/KEL
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Pemerintah memberikan kesempatan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang berorientasi ekspor untuk unjuk gigi dalam pameran internasional Expo 2020 Dubai. Kesempatan ini dimanfaatkan pelaku UMKM dengan menyiapkan produk yang sesuai dengan selera pasar.
Expo 2020 Dubai adalah World Expo ke-34 yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab. Sebanyak 190 negara menjadi peserta pameran yang berlangsung pada 20 Oktober 2020-10 April 2021 ini.
Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun menyambut kesempatan bagi UMKM dengan antusias.
”Agar dapat menggaet pasar, produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus menyesuaikan diri dengan selera pasar. Minimal dari sisi kemasannya. Masih ada satu tahun untuk persiapan,” katanya saat dihubungi, Jumat (18/10/2019).
Ikhsan berharap, Kedutaan Besar RI di Uni Emirat Arab memaparkan minat pasar di negara itu. Harapan pasar Asia, Amerika, dan Eropa juga diperlukan.
Untuk memenuhi ekspektasi pasar, Ikhsan menambahkan, pemerintah diharapkan hadir untuk membina dan melatih UMKM. Swasta juga perlu terlibat dalam menyokong modal produksi UMKM sehingga produk UMKM dapat konsisten dan berdaya saing dari sisi kualitas, kuantitas, dan keberlanjutan produk.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Dody Edward, dalam konferensi pers di gelaran Trade Expo Indonesia ke-34 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Jumat, menyebutkan, yang akan dihadirkan di Expo 2020 Dubai antara lain UMKM penghasil cendera mata.
Untuk mengikuti pameran internasional ini, pemerintah memerlukan dana lebih dari Rp 400 miliar. Menurut rencana, 75 persen dari kebutuhan dana itu disediakan pemerintah, sedangkan sisanya dari swasta.
Dody menambahkan, UMKM yang berpotensi unjuk gigi dalam Expo 2020 Dubai harus berorientasi ekspor. Hal ini sebagai salah satu modal untuk ekspansi ke pasar global.
Konsul Jenderal Indonesia di Dubai, Ridwan Hassan, berpendapat, UMKM yang bergerak di sektor kuliner berpotensi tampil dalam Expo 2020 Dubai. Pameran internasional ini dapat menjadi sarana mempromosikan dan memasarkan kuliner khas dari Indonesia.
Dalam jangka panjang, Ridwan berharap, pemasaran produk UMKM kuliner Indonesia di Expo 2020 Dubai dapat memberikan efek domino. Tak hanya menambah jumlah penjualan di tingkat pelaku UMKM, tetapi juga sampai ke produsen pangan yang berada di hulu produksi.
Indonesia akan tampil di paviliun bertema ”Transforming Future Civilization through Innovations and Diversity” di atas lahan 1.860 meter persegi. Paviliun Indonesia juga akan menghadirkan pasar malam, yang antara lain menyediakan produk kuliner Indonesia. Paviliun akan dibangun PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Pemerintah memperkirakan, sebanyak 25 juta orang akan mengunjungi Expo 2020 Dubai. Kementerian Perdagangan menargetkan, minimal 10 persen dari jumlah tersebut mengunjungi paviliun Indonesia.
Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab Husin Bagis menyebutkan, untuk meraih potensi pasar di pameran internasional ini, UMKM yang terlibat mesti berdaya saing. Kehadiran Indonesia di Expo 2020 Dubai dapat mengundang serta membuka peluang dalam investasi, kerja sama perdagangan internasional, dan pariwisata.
Target pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun depan 5,3 persen. Realistis atau tidaknya angka target tersebut harus dibandingkan dengan upaya
Sinergi
Sementara itu, dalam diskusi Kafe BCA 11 bertema ”Economy Outlook 2020: Capturing Opportunities to Growth” di Jakarta, Jumat, terungkap harapan untuk terus menjaga sinergi moneter, fiskal, dan sektor riil mutlak di Indonesia. Sinergi ini untuk menjaga Indonesia agar dapat menghadapi tantangan ekonomi.
”Target pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun depan 5,3 persen. Realistis atau tidaknya angka target tersebut harus dibandingkan dengan upaya,” kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam di diskusi itu.
Berbagai faktor, termasuk global, memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Faktor itu antara lain perang dagang dan ketegangan geopolitik yang berdampak pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2019 defisit 1,945 miliar dollar AS.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan, sejauh ini Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen.
”Indonesia sangat kuat di sisi konsumsi domestik. Seburuk-buruknya, kalau ada masalah di luar, pertumbuhan seharusnya bisa dijamin di atas 4,6 persen,” kata David.
Kepala Kajian Makro LPEM Universitas Indonesia Febrio Nathan Kacaribu memperkirakan pertumbuhan 2019 sebesar 5 persen.