Jadi Andalan, Konsumsi dan Investasi Tetap Digenjot
Konsumsi domestik dan investasi masih menjadi andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, dukungan kebijakan dan iklim kondusif diperlukan untuk mendorong investasi di Tanah Air.
Pemerintah juga perlu mendorong serapan anggaran yang semakin tinggi, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi domestik dan investasi masih menjadi andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, dukungan kebijakan dan iklim kondusif diperlukan untuk mendorong investasi di Tanah Air.
Pemerintah juga perlu mendorong serapan anggaran yang semakin tinggi, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada triwulan II-2019 tumbuh 5,05 persen. Konsumsi masyarakat menopang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dengan menyumbang 2,77 persen. Adapun investasi menopang 1,59 persen.
Berdasarkan struktur pengeluaran, konsumsi masyarakat berperan 55,79 persen dan investasi 31,25 persen.
”Konsumsi masyarakat bisa kembali digenjot dengan pengendalian suku bunga dan inflasi. Indikasi Bank Indonesia melonggarkan likuiditas akan membuka ruang lebih besar untuk kredit,” kata Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Maxensius Tri Sambodo saat dimintai tanggapan di Jakarta, Minggu (11/8/2019).
Menurut Maxensius, target realisasi investasi, terutama di sektor yang bersifat hiburan atau kegiatan santai, misalnya terkait pariwisata, berprospek besar. Iklim kompetitif dalam sarana transportasi perlu didorong agar sektor pariwisata dapat lebih bergairah.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar menuturkan, pemerintah harus berusaha sungguh-sungguh menjaga kepercayaan investor terhadap iklim investasi di Indonesia. Upaya ini diperlukan jika kinerja perekonomian hendak ditingkatkan dalam waktu singkat.
Menurut Sanny, ada berbagai masalah yang masih menghambat dan membebani investasi sehingga harus dituntaskan. Ia mencontohkan, hambatan itu antara lain di bidang ketenagakerjaan, perpajakan, penegakan hukum, dan reformasi birokrasi.
Mengacu pada data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi pada semester I-2019 senilai Rp 395,6 triliun. Nilai itu terdiri dari penanaman modal dalam negeri Rp 182,8 triliun dan penanaman modal asing Rp 212,8 triliun. Adapun tenaga kerja yang terserap 490.715 orang.
Variabel politik
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyampaikan, faktor politik domestik merupakan salah satu variabel penting yang memengaruhi perekonomian Indonesia. ”(Persoalan) politik sudah selesai, tinggal maju ke depan,” kata Yunarto pada konferensi pers Market Update 2019 dan New Sinergy Bank Commonwealth and Sucor Asset Management di Jakarta, pekan lalu.
Menurut Yunarto, pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto di moda raya terpadu dan kedatangan Prabowo di Kongres PDI-P di Bali memunculkan harapan dan sentimen positif. Harapan yang sudah muncul berpotensi menjadi antiklimaks jika tidak segera diikuti langkah berikutnya.
Meski demikian, Yunarto juga menyebutkan kondisi perekonomian global sebagai variabel yang memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia.
Kondisi global tecermin antara lain dalam pergerakan di bursa saham. Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan terkoreksi 0,92 persen menjadi 6.282,132. (CAS)