Tahun Depan Pembangunan Pipa Gas Trans-Kalimantan Dimulai
Jalur pipa gas bumi Trans-Kalimantan disiapkan. Sedikitnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi merencanakan jalur pipa sepanjang 2.249 kilometer.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Jalur pipa gas bumi Trans-Kalimantan disiapkan. Sedikitnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi merencanakan jalur pipa sepanjang 2.249 kilometer yang membentang di empat provinsi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Menurut rencana, tahun depan pembangunan dimulai.
Hal itu mengemuka dalam diskusi Pengembangan, Peningkatan, dan Pemanfaatan Gas Bumi di Kalimantan, Palangkaraya, Kamis (1/8/2019). Acara itu dihadiri Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor dan perwakilan Pemerintah Provinsi Kalteng, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara. Acara itu juga dihadiri sejumlah badan usaha, mulai dari tingkat nasional hingga daerah.
Ini untuk memenuhi kebutuhan energi gas alam di seluruh Pulau Kalimantan, selama ini dari kajian juga menunjukkan mampu sekali untuk diwujudkan.
Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa menjelaskan, Rencana Induk BPH Migas tahun 2012-2025 sudah dibuat rancangan jalur pipa transmisi gas Trans-Kalimantan dengan panjang 2.249 kilometer. Jalur itu membentang dari Bontang menuju ke Banjarmasin, Palangkaraya, hingga Pontianak.
”Ini untuk memenuhi kebutuhan energi gas alam di seluruh Pulau Kalimantan, selama ini dari kajian juga menunjukkan mampu sekali untuk diwujudkan,” kata Fanshurullah.
Fanshurullah mengungkapkan, dari neraca gas bumi Indonesia tahun 2018-2027 diperkirakan Pulau Kalimantan mengalami surplus supply yang selama ini mayoritas pasokan diolah menjadi LNG domestik dan komoditas ekspor. Namun, pemanfaatan gas bumi di Kalimantan belum optimal untuk penggunaan transportasi, rumah tangga, dan pelanggan kecil.
“Sudah 75 persen, bahkan sudah ada tiga badan usaha yang mau ikut. Dalam dua minggu saja proses lelang itu, kira-kira tahun depan sudah mulai jalan,” ungkap Fanshurullah.
”Ini sudah 75 persen, bahkan sudah ada tiga badan usaha yang mau ikut. Dalam dua minggu saja proses lelang itu, kira-kira tahun depan sudah mulai jalan,” ungkap Fanshurullah.
Dari kajian BPH Migas, pasokan gas bumi di wilayah Kalimantan pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 2.609,49 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Jumlah ini dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di seluruh Pulau Kalimantan.
Selain itu, potensi kelebihan pasokan gas bumi di Kalimantan ini diperkirakan sebanyak 40 kargo gas alam cair (LNG) pada tahun 2025 atau 319,9 MMSCFD yang setara dengan 1.599,5 MW yang berasal dari dua fasilitas gas utama yang dimiliki Indonesia saat ini, yaitu LNG Tangguh dan LNG Bontang, Kalimantan Timur.
Menurut rencana, lanjut Fanshurullah, sumber pasokan sementara diambil dari Bontang yang sudah terlebih dahulu memiliki pipa transmisi dibanding provinsi lain di Kalimantan. ”Tidak menutup kemungkinan kalau potensi yang di Kalteng dioptimalkan bisa digunakan, seperti PLTMG Bangkanai di Barito Utara, Kalteng,” katanya.
Gubernur Kaltim Isran Noor menjelaskan, pembangunan pipa transmisi di Kalimantan merupakan investasi yang potensinya luar biasa. Hal ini juga merupakan bagian dari pemerataan pembangunan di Indonesia sehingga tidak hanya terpusat di wilayah Jawa.
”Saya memahami dari segi investor mungkin berat, tetapi kami akan lakukan pendekatan, bersama (pemerintah provinsi) yang lain. Sebab, ini kalau ditawarkan ke China laris manis ini,” ungkap Isran Noor.
Sekda Provinsi Kalteng Fahrizal Fitri mengungkapkan, dengan adanya pembangunan pipa transmisi gas Trans-Kalimantan tentunya akan berdampak pada perekonomian warga. Tak hanya itu, pembangunan ini juga berpengaruh terhadap peningkatan geliat unit usaha mikro. ”Tentunya ini untuk kesejahteraan masyarakat, itu tujuannya,” ujar Fahrizal.