Promosi Manado Fiesta Belum Maksimal Jangkau Wisatawan
Gelaran ketiga Manado Fiesta diharapkan menjadi magnet pariwisata demi mencapai tujuan besar kedatangan 1 juta wisatawan di Sulawesi Utara. Meskipun begitu, promosi Manado Fiesta belum menjangkau wisatawan domestik maupun mancanegara.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Gelaran ketiga Manado Fiesta yang dimulai Sabtu (27/7/2019) di Manado, Sulawesi Utara, selama sembilan hari ke depan diharapkan menjadi magnet pariwisata demi mencapai tujuan besar kedatangan 1 juta wisatawan di provinsi tersebut. Meskipun begitu, promosi Manado Fiesta belum menjangkau wisatawan domestik maupun mancanegara.
Wali Kota Manado Vicky Lumentut mengatakan, Manado Fiesta adalah acara utama yang diunggulkan untuk menarik wisatawan dalam tiga tahun terakhir. “Dengan target kedatangan 1 juta wisatawan mancanegara (wisman) ke Sulut, Manado Fiesta dibuat untuk mendukung menopang pencapaian itu,” katanya.
Event ini juga dibuat untuk memenuhi target kedatangan 20 juta wisman ke Indonesia selama 2019. Karena itu, kata Vicky, Manado Fiesta berusaha menampilkan kekayaan kultural yang dimiliki ibu kota Sulut ini, yaitu keberagaman suku, agama, dan budaya warganya serta keanekaragaman hayati perairan Bunaken.
Hal ini nampak dalam acara pembukaan berupa pawai kebudayaan bertemakan Rumah Besar Bersama. Parade ini menampilkan identitas berbagai komunitas suku yang tinggal di Manado, mulai dari Minahasa, Bugis, Makassar, Toraja, Papua, Jawa Timur, dan Bali.
Mengenakan pakaian adat masing-masing, para peserta parade berjalan sejauh 1 kilometer di Jalan Boulevard Pierre Tenderan, dari God Bless Park menuju kawasan bisnis Megamas.
Puluhan komunitas yang berpawai itu disusul 18 kendaraan hias (float). Dekorasinya menggambarkan kehidupan bawah laut dengan hiasan berbentuk ikan, kura-kura, dan terumbu karang.
Vicky mengatakan, acara ini bisa terus dipertahankan karena keterlibatan swasta semakin besar. Pada 2017, Manado Fiesta didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 12 miliar, sebelum berkurang menjadi Rp 9 miliar pada 2018.
“Tahun ketiga ini jadi Rp 5 miliar, itu untuk biaya pengaturan acara. Sebagian dana berasal dari swasta, seperti Gojek untuk mendatangkan Iwan Fals di penutupan Manado Fiesta. Beberapa kegiatan lainnya juga diambil bank,” katanya. Bank Sulutgo, misalnya, turut menyumbang salah satu float untuk pawai.
Seiring perkembangan ini, Vicky berharap semakin datang turis yang datang ke Manado. Dengan begitu, pendapatan asli daerah (PAD) juga akan terus meningkat, terutama dari pajak restoran dan hotel. Kesempatan kerja dan bisnis bagi masyarakat juga akan terbuka, seperti pembuatan suvenir.
Sementara itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey menilai Manado Fiesta sebagai acara yang spektakuler, tetapi belum dapat masuk kalender 100 event Kementerian Pariwisata. Tiga acara di Sulut telah masuk kalender tersebut, yaitu Festival Pesona Bunaken, Festival Selat Lembeh, dan Tomohon International Flower Festival.
Karena itu, kekhasan Manado Fiesta harus dikembangkan, terutama di keseniannya agar lebih banyak turis datang dan mengenal budaya Sulut
Jika dibandingkan dengan Manado Fiesta, Festival Pesona Bunaken, misalnya, mudah mendapat prioritas karena Bunaken telah dikenal sebagai destinasi wisata selam utama di Sulut. “Karena itu, kekhasan Manado Fiesta harus dikembangkan, terutama di keseniannya agar lebih banyak turis datang dan mengenal budaya Sulut,” kata Olly.
Ribuan warga Manado memadati Jalan Boulevard Pierre Tendean untuk menonton pawai. Para wisatawan juga turut menonton, salah satunya Welly (22), seorang pramugari asal Jakarta. Ia menilai, pawai tersebut menarik karena jarang ditemukan di kota asalnya.
Namun, Manado Fiesta adalah hal baru untuknya. “Sebelumnya, saya tidak pernah tahu ada acara yang namanya Manado Fiesta. Baru tahu waktu sudah sampai sini,” kata Welly.
Yasi (30), turis dari Changsha, China, menonton pawai dengan antusias bersama empat temannya. Pawai tersebut unik karena di China, warga tidak dapat bebas berpawai.
“Di China, akan sangat banyak polisi yang berjaga sehingga kami tidak bisa mendekat, beda dengan di sini. Pawai di negara kami juga hanya di tempat-tempat tertentu, seperti Disney Land,” katanya.
Meskipun begitu, Manado Fiesta tidak termasuk dalam paket wisata yang dibelinya di China. Ia baru mengetahui Manado Fiesta pada Sabtu pagi dari pemandu wisatanya.
Di sisi lain, Olly Dondokambey mengklaim, Manado Fiesta sangat efektif menggaet wisatawan. Ini dibuktikan dari kedatangan duta besar dari 13 negara, antara lain Korea Selatan, Australia, Sri Lanka, Serbia, dan Kolombia. Namun, para duta besar itu adalah undangan yang tidak membawa rombongan turis dari negaranya.
Di China, akan sangat banyak polisi yang berjaga sehingga kami tidak bisa mendekat, beda dengan di sini. Pawai di negara kami juga hanya di tempat-tempat tertentu, seperti Disney Land
Olly juga mengklaim, 18 penerbangan Jakarta-Manado pada tiga hari terakhir selalu penuh, membawa sekitar 5.000 orang. Bagian hubungan masyarakat Bandara Sam Ratulangi Manado belum dapat memberikan data penumpang ketika diminta pada Sabtu sore.
Manfaat untuk masyarakat
Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauziyani mengatakan, event seperti Manado Fiesta yang diadakan pemkot harus bisa memberi manfaat bagi masyarakat. “Harus ada nilai komersial dan ekonomi. Keberhasilan event dilihat dari dampaknya untuk masyarakat,” katanya.
Vicky Lumentut mengatakan, saat ini sudah terasa lonjakan penerimaan asli daerah dari pajak hotel dan restoran. Masyarakat pun mendapatkan manfaat dari permintaan pembuatan kostum dan busana untuk parade.
Namun, itu merupakan dampak dari pengeluaran pemerintah. Komunitas suku yang diundang ikut pawai diprakarsai anggaran APBD kota melalui berbagai dinas. Komunitas warga Borgo, misalnya, didanai Dinas Perpustakaan Manado, sementara komunitas Sunda didanai Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Manado.
Kendaraan pawai pun didanai APBD via Dinas. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) misalnya, menganggarkan Rp 70 juta, sementara Dinas Perumahan dan Permukiman menyediakan Rp 50 juta.