Pengembangan peternakan hewan besar di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, belum optimal. Potensi sumber daya alam untuk pengembangan peternakan di Purbalingga memiliki daya tampung 222.150 satuan ternak, tetapi baru ada 53.668 satuan ternak. Pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi peternak, pemanfaatan teknologi informasi, serta kerja sama dengan pihak ketiga akan diupayakan untuk mendongkrak peternakan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Pengembangan peternakan hewan besar di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, belum optimal. Potensi sumber daya alam untuk pengembangan peternakan di Purbalingga memiliki daya tampung 222.150 satuan ternak, tetapi baru ada 53.668 satuan ternak. Pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi peternak, pemanfaatan teknologi informasi, serta kerja sama dengan pihak ketiga akan diupayakan untuk mendongkrak peternakan.
”Jadi setengahnya (dari daya tampung ternak) saja belum ada. Kami masih memiliki 168.482 satuan ternak, peluang untuk mengembangkan potensi peternakan,” kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi dalam kegiatan Gelar Potensi Peternakan Kabupaten Purbalingga di Pasar Hewan Purbalingga, Jawa Tengah, Selasa (23/7/2019).
Sekarang dengan telepon seluler (ponsel), kita bisa melakukan apa saja. Berjualan juga bisa. Tidak harus berjumpa dengan pembeli. Sekarang menjual potensi ternak melalui media sosial juga bisa. Para peternak lokal harus bisa memanfaatkan gawai untuk memasarkan peternakan.
Pratiwi menyampaikan, pemerintah mendorong promosi peternakan Purbalingga antara lain dengan kegiatan gelar potensi peternakan yang di dalamnya terdapat kegiatan kontes hewan ternak. Selain itu, pemerintah juga mendorong adanya kerja sama dengan pihak ketiga, seperti pemanfaatan CSR perusahaan, dan pelatihan peternak, khususnya dalam pemanfaatan teknologi digital dalam telepon seluler untuk pemasaran hasil peternakan.
”Sekarang dengan telepon seluler(ponsel), kita bisa melakukan apa saja. Berjualan juga bisa. Tidak harus berjumpa dengan pembeli. Sekarang menjual potensi ternak melalui media sosial juga bisa. Para peternak lokal harus bisa memanfaatkan gawai untuk memasarkan peternakan,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga Mukodam menyampaikan, Purbalingga termasuk kategori kabupaten agraris karena dominasi usaha dan lahan adalah pertanian. Dari 77.760 hektar luas Purbalingga, 56,22 persen merupakan lahan pertanian yang terdiri dari lahan pertanian sawah, kebun, tegalan, dan kebun campuran. ”Ini memberikan konsekuensi positif bahwa potensi hijauan pakan dan limbah pertanian yang dihasilkan sedemikian melimpah,” kata Mukodam.
Memenuhi kebutuhan pakan
Menurut Mukodam, potensi hijauan pakan dan limbah pertanian itu mampu memenuhi kebutuhan bagi sekitar 230.000 ekor ternak besar. ”Yang dimanfaatkan baru sekitar 53.000-an. Perbandingannya sekitar 25-30 persen. Oleh karena itu, ini adalah potensi yang luar biasa sekaligus tantangan untuk bisa memanfaatkan potensi limbah pertanian untuk usaha peternakan,” paparnya.
Belum optimalnya pengembangan peternakan di Purbalingga, kata Mukodam, antara lain karena anggaran dari APBD untuk dinas pertanian hanya sekitar Rp 1,7 miliar, peternakan masih digarap secara tradisional dan belum menjadi pekerjaan utama warga.
”Masih didominasi oleh peternak yang tradisional. Jadi, memang kemanfaatannya belum dirasakan. Memang perlu didorong agar usaha peternakan ini tidak hanya jadi usaha sambilan, tetapi jadi usaha pokok yang lebih bermanfaat bagi keluarga. Peternak juga perlu regenerasi. Ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi kami agar dunia peternakan menjadi lebih menarik bagi kalangan milenial,” tutur Mukodam.
Dalam kontes ternak pada rangkaian gelar potensi ternak itu diikuti oleh sejumlah peternak dengan jumlah sapi sebanyak 57 ekor dan 20 kambing. Sejumlah jenis sapi yang ikut kontes terdiri dari sapi PO (peranakan ongole) jantan, sapi PO betina, sapi simental, dan pedhet (anak sapi) hasil inseminasi buatan. Adapun jenis kambing yang mengikuti pameran adalah kambing kejobong serta kambing etawa.
Masih didominasi oleh peternak yang tradisional. Jadi, memang kemanfaatannya belum dirasakan. Memang perlu didorong agar usaha peternakan ini tidak hanya jadi usaha sambilan, tetapi jadi usaha pokok yang lebih bermanfaat bagi keluarga.
Prayitno (57), salah satu peserta kontes sapi menyampaikan, dirinya memiliki tiga sapi PO betina dan diikutkan dalam kontes. ”Umur sapi dua tahun. Sapi ini tidak saya jual karena untuk tabungan. Nanti kalau ada kebutuhan, seperti saat anak masuk sekolah, sapi baru dijual,” katanya. Sapi miliknya ditaksir mencapai Rp 30 juta.