Buruk, Kualitas Jaringan Saat Menonton Video Beraliran Langsung
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kualitas video yang ditonton konsumen di gawai, berdasarkan laporan OpenSignal Juli 2019, ada di kelompok sepuluh terbawah dari 69 negara yang disurvei. Untuk menonton video beraliran langsung beresolusi tinggi, waktu pemuatan sangat lama dan dapat berhenti.
Adapun saat menonton video beraliran langsung beresolusi rendah, kualitasnya cukup memadai.
Dalam laporan yang dikutip Kamis (18/7/2019), OpenSignal memberikan skor pengalaman konsumen Indonesia sebesar 40-55 dari skala pengalaman 0-100. OpenSignal merupakan instansi pengukur kualitas pengalaman konsumen saat menggunakan layanan seluler. Untuk hasil pengukuran pengalaman menonton video di gawai, OpenSignal mengelompokkan skor akhir ke dalam lima kategori.
Skor 0-40 termasuk kategori buruk. Artinya, ini bukan pengalaman yang baik, bahkan untuk video beresolusi rendah. Waktu pemuatan sangat lambat dan sering berhenti. Skor 40-55 disebut wajar. Hal ini berarti bukan pengalaman yang baik untuk menonton video beresolusi tinggi karena waktu pemuatan sangat lambat dan lama mogok, meskipun pengalaman pada video beresolusi rendah cukup memadai.
Skor berkisar 55-65 dikatakan bagus. Dalam kategori ini, pengalaman menonton video tidak konsisten dengan kualitas waktu pemuatan. Sementara, skor 65-75 disebut sangat bagus. Pada umumnya, waktu pemuatan video cepat dan hanya berhenti sesekali.
Adapun skor 75-100 dikatakan unggul. Artinya, pengalaman menonton video sangat konsisten, waktu pemuatan cepat, dan hampir tidak ada penghentian.
Vice President Sales OpenSignal untuk Asia Pasifik, Rob Lerner, di Jakarta, mengatakan, menonton video beraliran langsung di gawai merupakan momen yang pas untuk menilai kualitas jaringan layanan telekomunikasi seluler. Konsumen biasanya bisa mengukur jeda waktu pemuatan video beraliran langsung di jaringan seluler operator yang mereka pakai.
Mengutip dokumen Cisco "Visual Networking Index:Global Mobile Data Traffic Forecast Update 2017-2022", lalu lintas konsumsi video digital telah mencapai 50 persen dari total lalu lintas pemakaian data seluler pada 2017. Kondisi ini diperkirakan terus terjadi sampai sekarang.
Untuk Indonesia, OpenSignal mengukur 3.317.539 gawai, baik berbasis sistem operasi Android maupun IoS, selama 1 Februari-1 Mei 2019. OpenSignal menggunakan konten YouTube dengan kualitas video beresolusi tinggi dan rendah. Selain itu, OpenSignal juga meneliti data Akamai sebagai salah satu penyedia server teknologi pemutaran video beraliran langsung.
Tidak satu pun dari kelima operator yang mampu mencapai rata-rata lebih tinggi dari skor 40-55 untuk pengalaman konsumen menonton video. Telkomsel menjadi pemimpin, dengan skor 54,3. Urutan berikutnya adalah XL (46,5), Tri (42), Indosat Ooredoo (34,7), dan Smartfren (34,4).
Rob menceritakan, OpenSignal mulai menggelar survei pengalaman menonton video di gawai secara global pada 2018. Publikasi laporan pertama dilakukan pada September 2018. Pada saat itu, posisi Indonesia ada di sepuluh terbawah dari 69 negara yang disurvei.
Laporan dirilis setiap enam bulan sekali. Hal ini mempertimbangkan perkembangan pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi seluler.
Rata-rata skor pengalaman menonton video di Indonesia sebesar 45,59. Contoh negara yang juga berada di kelompok sama dengan Indonesia, yaitu India (38,62), Pakistan (40,31), dan Filiphina (34,98).
"Spesifikasi teknis ponsel pintar akan mempengaruhi pengalaman menonton video beraliran langsung, selain kondisi infrastruktur jaringan telekomunikasi dan kepadatan populasi pengguna di suatu daerah," kata dia. (MED)