Salah satu pemasok terbesar komponen untuk Apple, Pegatron Group, secara resmi mulai mengoperasikan pabriknya di Batam, Kepulauan Riau, Selasa (9/7/2019).
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS – Salah satu pemasok terbesar komponen untuk Apple, Pegatron Group, mulai mengoperasikan pabriknya di Batam, Kepulauan Riau, Selasa (9/7/2019). Hal itu merupakan upaya diversifikasi manufaktur menyusul meningkatnya tensi perang dagang Amerika Serikat dan China.
Investasi Pegatron untuk membangun pabrik seluas 1 hektar di Kawasan Industri Batamindo itu nilainya ditaksir 40 juta dollar AS atau lebih kurang Rp 565 miliar. Perusahaan teknologi asal Taiwan tersebut menggandeng PT Sat Nusapersada untuk bekerja sama memproduksi perangkat elektronik smarthome.
“Ini merupakan langkah awal diversifikasi manufaktur kami ke wilayah Asia Tenggara. Saat nanti sudah beroperasi penuh, kami berharap pabrik ini setidaknya mampu menyerap 1.800 tenaga kerja lokal,” kata Vice Chairman Pegatron Group, Jason Cheng, saat menghadiri peresmian pabriknya di Batam.
Jason mengonfirmasi kemungkinan untuk mendirikan sejumlah pabrik lagi di negara Asia Tenggara lainnya. Khusus di Batam, Pegatron akan memproduksi beberapa jenis peralatan komunikasi. Namun, ia tidak menggambarkan secara detial mengenai tipe dan merek barang produksi itu.
General Affair Manager Batamindo Tjaw Hioeng menjelaskan, Pegatron akan meproduksi komponen sejumlah perangkat smarthome. Adapun PT Sat Nusapersada dipercaya untuk merakit komponen yang dihasilkan Pegatron itu menjadi barang jadi. Selama ini, PT Sat Nusapersada dikenal sebagai perakit berbagai jenis barang elektronik, termasuk salah satunya smartphone Xiaomi.
Selama satu hingga dua tahun ke depan, Jason akan menjajaki kemungkinan ekspansi produksi Pegatron di Batam. Kawasan perdagangan bebas (FTZ) Batam dinilai strategis bagi perusahaan teknologi karena menawarkan tenaga kerja yang mencukupi dan infrastruktur yang memadai.
“Kami sudah siapkan beberapa lokasi di Batamindo jika nanti Pegatron membutuhkan tambahan lahan untuk mendirikan pabrik lagi,” ujar Hioeng.
Perang dagang
Perang dagang antara AS dan China menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah perusahaan multinasional di kedua negara tersebut. Maraknya migrasi sejumlah perusahaan teknologi dari China ke kawasan Asia Tenggara merupakan peluang bagi Batam menjaring investasi baru.
Selain Pegatron, perusahaan teknologi komunikasi Volex asal Inggris juga akan memindahkan pabriknya dari Suzhou di China ke Batam. Menurut rencana, dalam waktu dekat kapasitas produksi pabrik mereka di Kawasan Industri Sekupang akan ditingkatkan dan membutuhkan tambahan sekitar 1.000 tenaga kerja lokal.
Kepala Badan Pengusahaan Batam Edy Putra Irawady mengatakan, hal itu membuktikan FTZ Batam masih menarik di mata investor asing. Menurut dia, yang kini harus dilakukan adalah meyakinkan sejumlah industri baru itu agar mau terus bertahan dan mengembangkan bisnisnya di Batam.
“Kemudahan alokasi lahan, ketersediaan tenaga kerja, dan insentif fiskal itu diberikan selain untuk menjaga investasi yang sudah lama masuk, juga untuk meyakinkan investor yang akan atau baru saja masuk ke FTZ Batam. Kedua hal itu menjadi fokus BP Batam,” kata Edy.