Ketidakstabilan Politik Turunkan Keyakinan Konsumsi
Konsumen Indonesia menyoroti stabilitas politik sebagai aspek nomor satu yang memengaruhi kepercayaan mereka dalam berbelanja. Seiring kondisi politik yang belum menentu belakangan ini, indeks keyakinan konsumen pun menurun.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumen Indonesia menyoroti stabilitas politik sebagai aspek nomor satu yang memengaruhi kepercayaan mereka dalam berbelanja. Seiring kondisi politik yang belum menentu belakangan ini, indeks keyakinan konsumen pun menurun.
Berdasarkan riset Nielsen yang diterbitkan pada Senin (3/6/2019), indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia pada triwulan I-2019 sebesar 125, menurun dibandingkan dengan triwulan I-2018 yang senilainya 127. Riset yang dikerjakan Nielsen bersama The Conference Board Global Consumer Confidence Survey ini melibatkan 32.000 konsumen di 64 negara, termasuk Indonesia.
Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia berada di posisi keempat setelah Filipina (133), India (132), dan Vietnam (129). Padahal, pada triwulan I-2018, Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah India (130) dan Filipina (128).
Meningkatnya kekhawatiran konsumen akan stabilitas politik pada triwulan I-2019 memengaruhi keinginan konsumen untuk berbelanja.
Penurunan IKK Indonesia tersebut disebabkan oleh peningkatan kekhawatiran konsumen Indonesia terhadap stabilitas politik. Riset Nielsen mencatat, sebanyak 22 persen responden menyatakan kekhawatiran pada stabilitas politik memengaruhi belanja mereka pada triwulan I-2018.
Angka tersebut melonjak menjadi 34 persen pada triwulan I-2019. ”Meningkatnya kekhawatiran konsumen akan stabilitas politik pada triwulan I-2019 memengaruhi keinginan konsumen untuk berbelanja. Konsumen mengantisipasi situasi dengan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka,” kata Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin melalui siaran pers.
Jika ditilik dari aspek pembentuk IKK Indonesia, jumlah konsumen yang yakin untuk berbelanja barang-barang yang dibutuhkan dan diinginkan dalam 12 bulan ke depan merosot menjadi 56 persen pada triwulan I-2019. Pada periode sama tahun sebelumnya, angka tersebut bernilai 62 persen.
Selain itu, aspek keyakinan konsumen terhadap kondisi keuangan pribadi juga menurun. Pada triwulan I-2018 angkanya sebesar 85 persen dan menurun menjadi 83 persen pada triwulan I-2019.
Imbasnya, konsumen memilih mengalokasikan uangnya untuk menabung dan berlibur pada triwulan I-2019. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, responden yang memilih menabung naik 1 persen menjadi 66 persen, sedangkan yang memilih berlibur meningkat 3 persen menjadi 47 persen.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah sebelumnya mengatakan, pemerintah mesti menjaga stabilitas pasca-Pemilu 2019 agar tak berdampak signifikan pada belanja rumah tangga. Dia mencontohkan, selama 10 hari hingga Rabu (22/5/2019), penjualan ritel sempat stagnan karena orang menahan belanja akibat mesti waspada terhadap kondisi stabilitas politik.
Angin segar
Meskipun demikian, kondisi IKK Indonesia masih mendapatkan angin segar dari turunnya penilaian konsumen Indonesia terhadap resesi ekonomi sebagai faktor yang menahan belanja. Selain itu, optimisme terhadap lapangan kerja sebagai faktor pembentuk IKK Indonesia juga tumbuh positif.
Pada triwulan I-2019, riset Nielsen menyebutkan, sebanyak 51 persen konsumen Indonesia menilai negaranya dalam kondisi resesi ekonomi. Pada triwulan I-2018, angkanya lebih tinggi, yakni 55 persen.
Dari segi aspek pembentuk IKK, konsumen Indonesia pada triwulan I-2019 juga lebih optimistis terhadap lapangan kerja dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angkanya meningkat dari 71 persen menjadi 72 persen.