Sumbar Pasok 30 Ton Bawang Putih untuk Operasi Pasar
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mendapatkan pasokan 30 ton bawang putih dari importir yang difasilitasi Kementerian Pertanian, Jumat (10/5/2019). Pasokan itu digunakan untuk operasi pasar bagi pedagang dalam upaya mengendalikan harga bawang putih yang melambung.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
KOMPAS, PAYAKUMBUH — Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mendapatkan pasokan 30 ton bawang putih dari importir yang difasilitasi Kementerian Pertanian, Jumat (10/5/2019). Pasokan itu digunakan untuk operasi pasar bagi pedagang dalam upaya mengendalikan harga bawang putih yang melambung.
Kepala Dinas Pangan Sumbar Efendi, saat dihubungi dari Payakumbuh, menjelaskan, pasokan itu dikirim ke dua kota, yaitu Padang dan Payakumbuh. Sebanyak 14 ton digunakan untuk operasi pasar di Pasar Raya Padang, sedangkan 16 ton sisanya dikirim ke Pasar Ibuh Payakumbuh.
”Untuk Padang, sudah dilakukan operasi pasar pagi tadi, sedangkan untuk Payakumbuh sampai di lokasi malam ini dan akan operasi pasar besok (Sabtu),” kata Efendi.
Menurut Efendi, selain Padang, Payakumbuh juga mendapatkan alokasi karena gejolak harga di daerah itu tinggi. Sementara itu, Bukittinggi kali ini tidak dapat karena tiga hari lalu sudah mendapatkan pasokan 7 ton bawang putih dari Belawan, Medan, Sumatera Utara.
Untuk Padang, sudah dilakukan operasi pasar pagi tadi, sedangkan untuk Payakumbuh sampai di lokasi malam ini dan akan operasi pasar besok (Sabtu).
Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional per 10 Mei 2019 menyebutkan, harga per kilogram bawang putih di Pasar Raya Padang Rp 47.000 dan di Pasar Aur Kuning Bukittinggi Rp 62.500. Sementara itu, pantauan Kompas di Pasar Ibuh Payakumbuh, harga bawang putih Rp 50.000-Rp 70.000 per kilogram.
Menurut Efendi, pasokan bawang putih di Payakumbuh akan diakses oleh para pedagang dari kabupaten/kota tetangga, seperti Limapuluh Kota, serta sebagian Agam dan Tanah Datar. Sementara itu, pasokan di Padang akan diakses pedagang dari Pesisir Selatan, Solok, Solok Selatan, Solok (kota), Padang Pariaman, Pariaman, dan Sijunjung.
”Pedagang yang mendapatkan pasokan dari operasi pasar hanya boleh menjual dengan harga maksimal Rp 35.000 per kilogram,” ujar Efendi.
Efendi berharap operasi pasar bisa mengendalikan harga bawang putih. Sebelumnya, harga bawang putih sempat mencapai Rp 100.000 per kilogram. Dia menargetkan dalam tiga minggu ke depan harga bawang putih kembali normal di bawah Rp 30.000 per kilogram. Pemerintah sudah memfasilitasi distributor bawang putih untuk memesan langsung ke importir.
Menunggu
Di Pasar Ibuh Payakumbuh, Jumat siang, belum semua pedagang menjual bawang putih meskipun sudah mendapatkan sedikit pasokan dari Bukittinggi. Sebagian pedagang tidak menyetok bawang putih karena menunggu operasi pasar dari Dinas Koperasi dan UKM Payakumbuh dengan harga yang lebih murah.
Solusi lain dengan mengingatkan petani agar tidak menjual semua hasil bawang putih keluar provinsi sehingga konsumen lokal tidak kesulitan ketika terjadi kelangkaan. Hal ini sudah disosialisasikan ke sentra pertanian bawang putih di Solok.
”Sebenarnya ada stok dari induk semang, tetapi harga modalnya Rp 40.000,” kata Hamirudin (57), pedagang di Pasar Ibuh Barat Payakumbuh. Hamirudin sudah seminggu terakhir tidak berdagang bawang putih karena khawatir konsumen kecewa dengan harga yang tidak masuk akal.
Sementara itu, Anto (45), pedagang di Pasar Ibuh Timur Payakumbuh, mulai mendapat pasokan dari induk semangnya pada Jumat ini. Anto juga absen menjual sejak seminggu terakhir. Sekarang, bawang putih dijual Rp 55.000 per kilogram.
”Saya ambil sedikit saja, satu karung dengan berat 20 kilogram. Menunggu operasi pasar. Biasanya saya ambil lima hingga 10 karung,” kata Anto.
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Mutu Bidang Perdagangan Dinas Koperasi dan UKM Payakumbuh Verly Faguna mengatakan, pihaknya akan memulai operasi pasar pada Sabtu besok sekitar pukul 10.00. Hingga Jumat siang, sebanyak 60 pedagang sudah mendaftar untuk ikut operasi pasar. Setiap pedagang dibatasi hanya bisa membeli maksimal 10 karung.
Produksi lokal
Efendi mengklaim, sebenarnya produksi bawang putih lokal mampu mencukupi kebutuhan sekitar 5,3 juta penduduk Sumbar. Produksi bawang putih lokal mencapai 6.800 ton per tahun, sedangkan kebutuhannya hanya 5.500 ton per tahun.
Akan tetapi, kata Efendi, sebagian besar masyarakat Sumbar lebih suka bawang putih impor karena ukurannya lebih besar dibandingkan produk lokal. Sementara itu, produksi lokal akhirnya dikirim ke provinsi tetangga, seperti Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.
Efendi menambahkan, varietas bawang putih di Sumbar ukurannya kecil karena tidak cocok ditanam di daerah tropis. Sementara itu, bawang putih merupakan komoditas dari daerah subtropis, seperti China dan India. Adapun untuk mengembangkan varietas besar di Sumbar masih tahap uji coba.
”Solusi lain dengan mengingatkan petani agar tidak menjual semua hasil bawang putih keluar provinsi sehingga konsumen lokal tidak kesulitan ketika terjadi kelangkaan. Hal ini sudah disosialisasikan ke sentra pertanian bawang putih di Solok,” ujar Efendi.