Permintaan Telur ke Peternak di Blitar Masih Normal
Permintaan telur ayam di sentra peternakan ayam petelur di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dari Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia, masih landai seperti hari biasa meski puasa tinggal tiga hari. Permintaan telur diperkirakan baru akan naik dua pekan menjelang Lebaran.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Widodo Setyohadi (60), peternak di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorajo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, memungut telur ayam dari kandang miliknya, Minggu (29/7/2018).
BLITAR, KOMPAS — Permintaan telur ayam di sentra peternakan ayam petelur di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dari Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia, masih landai seperti hari biasa meski puasa tinggal tiga hari. Permintaan telur diperkirakan baru akan naik dua pekan menjelang Lebaran.
Para peternak menjamin stok telur aman selama puasa dan Lebaran. Jumlah peternak di Blitar mencapai 4.000 orang lebih dengan populasi ayam diperkirakan mencapai 15 juta ekor dengan produksi 450 ton per hari. Dari produksi yang ada, 20 persen telur dikirim untuk memenuhi pasar di luar Jawa Timur, 40 persen di Jawa Timur, dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Blitar.
Beberapa peternak yang ditemui pada Kamis (2/5/2019) mengatakan, permintaan telur tidak banyak mengalami peningkatan. ”Permintaan tetap seperti hari biasa. Volume pengiriman telur ke Jakarta dan luar Jawa juga masih sama seperti hari biasa, artinya masih normal,” ujar Sukarman, salah satu peternak ayam dari Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok.
Sukarman yang juga Wakil Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar, mengatakan, pihaknya masih intens mengirimkan 5-10 ton telur per hari ke Food Station di Jakarta dan 20 ton telur ke Kalimantan tiap pekan. Jumlah ini tidak banyak berbeda dengan hari-hari biasa.
Permintaan tetap seperti hari biasa. Volume pengiriman telur ke Jakarta dan luar Jawa juga masih sama seperti hari biasa, artinya masih normal.
”Memang perusahaan makanan dan orang yang membuat kue makin banyak seiring datangnya bulan puasa. Namun, jumlah telur di pasaran juga banyak. Salah satu dugaan kami, telur dari perusahaan penghasil anak ayam (DOC) juga dipasok ke pasaran,” ucapnya.
Tidak menetaskan
Menurut Sukarman, seminggu sebelum puasa, pabrik DOC tidak menetaskan telur untuk anakan ayam. Alasannya, anakan ayam tidak akan terbeli karena sebulan lagi peternak merayakan puasa. ”Logikanya, telur itu didistribusikan ke mana jika tidak ditetaskan, kami menduga, ke pasar meski sebenarnya peraturannya tidak membolehkan,” ucapnya.
DEFRI WERDIONO
Peternak di Desa Selorejo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tengah memungut telur dari rak.
Harga telur di tingkat peternak masih fluktuatif. Jika sebelumnya harganya masih di kisaran Rp 19.000 per kilogram, pada 25 April lalu naik menjadi Rp 20.600 per kg. Tiga hari lalu harga turun lagi menjadi Rp 20.000 per kg dan saat ini naik lagi menjadi Rp 20.300-Rp 20.600 per kg.
Permintaan yang masih datar juga dibenarkan Widodo Setyohadi (60), salah satu peternak di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo. Menurut Widodo, permintaan telur di desanya tidak mengalami peningkatan karena saat ini jumlah kandang ayam di Pohgajih bertambah menjadi 15 unit dari sebelumnya kurang dari 10 kandang.
”Beberapa bulan lalu hanya separuh kandang yang ada isinya akibat harga pakan jagung mahal. Saat ini, setelah harga pakan rendah, ada 15 kandang dan semua terisi ayam sehingga produksi telurnya banyak,” katanya.