Bisnis Digital Sumbang 63 Persen Pendapatan Telkom
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk membukukan pendapatan Rp 130,8 triliun sepanjang tahun 2018 atau naik tipis 2 persen dibandingkan dengan tahun 2017. Sekitar 63 persen dari total nilai pendapatan itu disumbang dari bisnis digital.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk membukukan pendapatan Rp 130,8 triliun sepanjang tahun 2018 atau naik tipis 2 persen dibandingkan dengan tahun 2017. Sekitar 63 persen dari total nilai pendapatan itu disumbang dari bisnis digital.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom Alex J Sinaga, dalam keterangan pers, Selasa (30/4/2019), malam, mengatakan, pihaknya berkomitmen memperkuat kapabilitas bisnis digital sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Sejumlah strategi bisnis telah disusun agar komitmen itu tercapai.
Bisnis digital Telkom mencakup konektivitas pita lebar dan produk digital. ”Pada 2017, bisnis digital kami menyumbang sekitar 52,1 persen terhadap total pendapatan. Pencapaian 2018 menunjukkan bisnis digital Telkom sudah dominan,” ujarnya.
Alex mengungkapkan, Telkomsel sebagai salah satu entitas anak usaha membukukan pendapatan Rp 89,3 triliun dan laba bersih Rp 25,5 triliun pada tahun 2018. Menurut dia, ini adalah pencapaian bagus di tengah kondisi industri telekomunikasi seluler yang harus menghadapi penurunan pendapatan bisnis suara dan pesan pendek atau legacy business.
Telkomsel berusaha mengimplementasikan berbagai upaya pemasaran kreatif, seperti menawarkan paket suara, pesan pendek, dan data seluler bersamaan dengan konten digital.
Industri telekomunikasi seluler tahun 2018 harus berhadapan dengan kebijakan registrasi wajib nomor prabayar.
”Lalu lintas layanan data seluler Telkomsel pada 2018 meningkat 101,7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau menjadi 4.373.077 terabyte. Ini disebabkan karena total pelanggan data seluler sudah mencapai 106,6 juta atau 65,4 persen yang didorong oleh jumlah pelanggan data sebanyak 106,6 juta pelanggan atau 65,4% dari total pelanggan,” tuturnya.
Selain tren penurunan pendapatan legacy business, Alex menyebut industri telekomunikasi seluler pada tahun 2018 juga harus berhadapan dengan kebijakan registrasi wajib nomor prabayar dengan data tunggal kependudukan. Kebijakan ini membatasi jumlah nomor prabayar yang dimiliki seorang warga.
Alex menyebutkan, sepanjang 2018, belanja modal perusahaan sebesar Rp 33,6 triliun. Belanja modal sebanyak itu dipakai membangun infrastruktur pita lebar yang meliputi pemancar 4G LTE, jaringan akses serat optik ke rumah, jaringan tulang punggung berupa kabel bawah laut, satelit, dan pusat data.
Sampai dengan akhir tahun 2018, Telkom telah memiliki total pemancar 189.081 unit dan jaringan tulang punggung serat optik dengan panjang 161.652 km. ”Infrastruktur tersebut bertujuan memperkuat kapabilitas bisnis digital yang akan kami lanjutkan tahun 2019,” ujarnya.