Promosi Get Plus di sebuah event di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
JAKARTA, KOMPAS — Layanan loyalty program atau program loyalitas konsumen konvensional bakal terdisrupsi. Sebuah usaha rintisan bernama Get Plus yang merupakan koalisi layanan program loyalitas konsumen telah hadir di Indonesia. Mereka bisa menggabungkan poin-poin yang didapat dari berbagai transaksi, mulai dari penerbangan, ritel, restoran, dan lain-lain, dalam satu akun.
Chief Operating Officer Get Plus Adrian Hoon dalam perbincangan dengan Kompas di Jakarta beberapa waktu lalu mengatakan, selama ini program loyalitas konsumen hanya bisa dinikmati konsumen atas layanan yang dikeluarkan oleh perusahaan itu. Akibatnya, ada poin yang hilang karena masa berlakunya kedaluwarsa. Get Plus memungkinkan konsumen menggabungkan berbagai poin itu ke dalam satu akun sehingga konsumen bisa menukarkan gabungan poin itu di berbagai layanan.
”Selama ini, semisal orang jarang terbang, maka poinnya biasanya akan hangus, tetapi dengan Get Plus mereka bisa menggabungkan poin itu dengan poin lain yang didapat dari berbagai merchant,” kata Adrian.
Get Plus dirintis sejak tahun 2016 dan mulai dijalankan Juni 2018 dan diluncurkan dengan versi beta pada Februari 2019. Ia mengklaim, Get Plus merupakan koalisi program loyalitas konsumen pertama di Indonesia.
Get Plus merupakan koalisi program loyalitas konsumen pertama di Indonesia.
Adrian menargetkan pada tahun ini bisa menggaet 100 merchant dan 3 juta anggota. Program ini diperkirakan bisa mendisrupsi program loyalitas konsumen yang masih konvensional. Program konvensional membutuhkan investasi teknologi, sebuah tim dengan anggota 5-6 orang, dan anggaran untuk pemasaran serta penggantian poin. Get Plus mampu menghilangkan setidaknya investasi teknologi dan tim yang mengurus layanan.
”Program kami juga memberikan informasi ke perusahaan yang bergabung mengenai perilaku konsumen yang sangat berguna bagi pemasaran produk. Informasi ini sangat berharga bagi edukasi konsumen sehingga perusahaan bisa menaikkan penjualan,” lanjutnya.
Adrian menyebutkan, salah satu pandangan yang harus diubah di kalangan manajemen perusahaan adalah mereka selalu bangga bahwa penukaran poin jumlahnya rendah sehingga bisa mengurangi anggaran perusahaan. Menurut dia, perusahaan harus mendorong konsumen untuk menukar poin, tetapi pada saat yang bersamaan konsumen terdorong untuk membeli kembali produk mereka.