Perempuan Enggan Duduki Jabatan Tinggi di ”Start Up”
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan usaha rintisan bidang teknologi masih didominasi oleh peran angkatan kerja laki-laki. Mereka kerap kali menduduki jabatan level atas. Faktor psikologis dan stigma bahwa usaha rintisan teknologi adalah dunia laki-laki dinilai jadi penyebab.
Pendiri Digitaraya, Yansen Kamto, saat menghadiri acara penilaian produk teknologi program akselerator Simona Ventures di Jakarta, Kamis (28/3/2019), berpendapat, kaum perempuan cenderung membatasi dirinya sendiri. Padahal, secara kemampuan dan penguasaan teknologi digital, perempuan dan laki-laki sudah setara.
”Teknologi digital itu bersifat demokratis. Artinya, siapa pun dan tidak peduli latar belakang jender dapat mengakses serta memanfaatkannya. Akses permodalan usaha pun kini melimpah,” ujarnya.
Yansen berpendapat, persoalan masih rendahnya kepemimpinan perempuan di industri usaha rintisan tidak hanya terjadi di Indonesia.
Digitaraya merupakan akselerator usaha rintisan bidang teknologi yang menjadi mitra Google Developers Launchpad. Sebagai akselerator, Digitaraya berperan melatih dan meningkatkan kapasitas suatu perusahaan rintisan agar lekas naik kelas lebih tinggi.
Sementara Simona adalah akselerator sekaligus investor bagi perusahaan rintisan bidang teknologi yang utamanya dipimpin oleh perempuan.
Managing Partner Simona Ventures Putri Izzati berpendapat, representasi perempuan dalam organisasi usaha rintisan bidang teknologi memengaruhi pengambilan keputusan.
Dia mengatakan, program akselerator Simona Ventures menilai inovasi produk dari perusahaan rintisan yang dipimpin oleh perempuan. Perusahaan peserta diharuskan sudah matang di tahap awal bisnis. Program diisi pelatihan, pemahaman lanskap industri digital Tanah Air, mentoring, dan jejaring.
Sebelas perusahaan rintisan bidang teknologi dari negara kawasan Asia Pasifik berpartisipasi dalam program itu. Sebagai contoh, PolicyPal, Seekme, Fuse, dan Gadjian. Semuanya didirikan oleh perempuan.
Penilaian produk yang berlangsung kemarin hanya akan meluluskan dua perusahaan rintisan terbaik. Keduanya dibawa mengikuti sesi pengenalan pasar dengan mentor dari Google di Korea Selatan pada Mei 2019.
Partner McKinsey & Company Indonesia, Bruce Delteil, yang hadir saat bersamaan, mengatakan, memajukan kesetaraan perempuan di ranah pekerjaan berarti membantu peningkatan produktivitas ekonomi suatu negara. Tentu ada beberapa hal menyangkut kesetaraan yang perlu diperhatikan, misalnya jam kerja dan upah.