CIMB Niaga Syariah Catatkan Kinerja Positif Selama 2018
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — CIMB Niaga Syariah mencatatkan kinerja positif sepanjang 2018. Nilai aset, pembiayaan yang disalurkan, dan penghimpunan dana pihak ketiga oleh unit usaha syariah milik PT Bank CIMB Niaga Tbk ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Aset CIMB Niaga Syariah Rp 34,38 triliun pada akhir Desember 2018 meningkat Rp 45,4 persen dari Rp 23,64 triliun pada 2017. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan peningkatan aset bank induk dengan kontribusi bagian sebesar 12,98 persen.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara, Rabu (27/3/2019), mengatakan, performa positif ini menjadikan CIMB Niaga Syariah unit usaha syariah (UUS) terbesar di Indonesia sekaligus bank syariah dengan aset terbesar kelima di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 23,71 triliun, tumbuh 19,1 persen dari Rp 19,91 triliun pada 2017.
Sebagai bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS-BPIH), CIMB Niaga Syariah menghimpun dana haji Rp 2,153 triliun dari 87.865 nasabah. Tabungan iB Pahala yang dikhususkan untuk calon jemaah haji menjadi salah satu produk unggulan.
”Selama 2018, pertumbuhan nasabah tabungan haji kami meningkat 40 persen menjadi 42.196 nasabah. Pencapaian ini juga menempatkan kami sebagai bank dengan tabungan haji terbesar kelima di Indonesia,” kata Pandji.
Menurut Pandji, tabungan iB Syariah diminati nasabah karena keuntungan bebas biaya administrasi bulanan dengan bagi hasil 45,83 persen. Nasabah juga mendapatkan kartu debit yang dapat digunakan di lebih dari 100 jaringan ATM Bank Al-Rajhi di Arab Saudi dalam bahasa Indonesia.
Sementara itu, pembiayaan yang disalurkan selama 2018 bernilai Rp 26,51 triliun, tumbuh 58,8 persen dari Rp 16,69 triliun sepanjang 2017. Pertumbuhan signifikan tercatat di sektor kredit pemilikan rumah syariah (KPR iB) yang naik 60,4 persen dan sektor korporasi dengan peningkatan 85,5 persen. Masing-masing menyumbangkan Rp 8,7 triliun dan 11 triliun dari total dana yang disalurkan.
”Strategi kami memperbesar pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan meningkatkan kontribusi dari segmen konsumen membuahkan hasil menggembirakan. Kami juga berhati-hati dalam ekspansi pembiayaan dengan memperhatikan kualitas. Hasilnya, NPF (non-performing financing/pembiayaan bermasalah) bisa ditahan di 0,98 persen,” papar Pandji.
Dari kinerja tersebut, keuntungan sebelum pajak (profit before tax/PBT) yang dicatatkan CIMB Niaga Syariah selama 2018 mencapai Rp 701,61 triliun. Keuntungan ini meningkat 43,3 persen dari Rp 489,68 miliar pada 2017.
Ke depan, kata Pandji, pihaknya akan terus mencari berbagai peluang pertumbuhan baru, baik dari pembiayaan maupun pendanaan. Peningkatan pengguna kartu pembiayaan syariah, baik yang bertipe Gold maupun Platinum, serta KPR iB akan menjadi target utama tahun ini.
Sementara itu, produk-produk mudharabah muqayyadah, iB Modal Kerja, dan Investasi, serta produk-produk syariah trade finance akan dijadikan garda terdepan penjualan di segmen bisnis. Pandji menilai, CIMB Niaga Syariah memiliki peluang besar di sektor konsumen dan proyek skala besar. Apalagi, CIMB Niaga Syariah adalah satu-satunya UUS milik bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV di Indonesia.
Berdasarkan data Bank Indonesia hingga Juni 2018, aset perbankan syariah mencapai 6 persen dari total aset perbankan nasional. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Desember 2018, mengatakan, kontribusi perbankan syariah terhadap penyaluran total kredit nasional hanya 5,9 persen. Sebab, pembangunan di sektor riil yang mengakomodasi konsep ekonomi syariah masih sangat rendah sehingga permintaan layanan keuangan syariah juga rendah (Kompas, 13 Desember 2018). (Kristian Oka Prasetyadi)