Berbagi Tips dan Semangat Usaha untuk Meraih Sukses
Memulai usaha bukan perkara gampang. Namun dengan usaha serius dan keinginan belajar, ada jalan terbuka untuk membuka usaha dan meraih sukses, termasuk dorongan dari para pengusaha lain yang rela berbagi ilmu dan pengalaman.
Ferry S Santoso, Sri Rahayu, Susanti, dan Liliana adalah para wirausahawan yang enggan tinggi hati. Mereka dilahirkan dengan niat serta tekad untuk maju. Meski sudah tergolong besar dan sukses menjalankan usahanya, mereka tak pernah bosan untuk berbagi.
“Sampai kapan pun, kami bersedia datang dan tetap ada untuk berbagi kepada siapa pun Anda. Kami bahagia saat bisa berbagi inspirasi, motivasi, pengalaman di sini ini,” kata Ferry bersama tiga rekannya saat acara Awarding Trip, perjalanan bagi jurnalis yang memenangkan penulisan Sampoerna Entrepreneur Training Centre (SETC) Expo 2018, di Pendopo Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (2/3/2019) siang.
Ferry, Sri, Susanti dan Liliana adalah pengusaha kecil-menengah yang selama ini mendapat pendampingan dari PKK Sampoerna. Maka saat ada acara PKK Sampoerna, mereka pun dengan mudah berbagi pengetahuan berusaha dengan pengusaha baru agar meraih sukses.
Semangat berbagi mereka luar biasa. Padahal, sebagai wirausaha, kegiatannya sangat sibuk setiap hari untuk memenuhi segala pesanan dari penjuru kota sampai lintas negara.
Ferry, misalnya, setiap beberapa bulan sekali harus pergi ke Korea Selatan untuk memberi pelatihan serta memasok produk batik warna alamnya. Harganya pun tak lagi ribuan rupiah, tetapi mencapai puluhan juta rupiah.
Ferry menamakan batiknya " Sarono Raharjo". Batik dengan perwarnaan alam dipadu motif buah matoa kebanggaan Pasuruan itu telah membawa Ferry menjadi juara I Lomba Batik dengan Pewarna Alam Tingkat Nasional tahun 2018.
Bahan katun terbaik sepanjang 2,5 meter dengan lebar 115 cm diprosesnya sendiri selama setahun. “Mengesankan sekali batik matoa ini. Bangga dan bahagia bisa menghasilkannya. Harganya pun Rp 75 juta per lembarnya dan pemesannya dari Italia,” tutur Ferry sambil memperlihatkan kain matoa itu.
Kompas mendapat kesempatan berbicang dengan empat pengusaha itu setelah memenangkan Awarding Trip Sampoerna Entrepreneur Training Centre (SETC) Expo 2018. Suasana hangat dan memotivasi sangat terasa saat berbincang dengan mereka serta beberapa wirausahawan dampingan mereka.
Tema pembicaraan pun aneka ragam dari icip-icip Kopi Nawa 9, kopi lereng Gunung Arjuno di Jawa Timur, pilah pilih produk batik dan kulit, hingga makan siang menu ikan sambal. Terasa benar kegembiraan dan kekeluargaan.
“Wah, rasanya ingin kembali lagi suatu saat ke sini untuk belajar menjadi wirausaha seperti mereka. Jurnalis, kan, boleh saja menjadi wirausaha, tho?” kata Siswantini Suryandari dari Harian Media Indonesia, Jakarta.
Ada juga cerita Ibu Hajah Liana, ibu pengusaha katering. Setelah lebih dari 5 tahun mendapat pendampingan bersama PPK Sampoerna, dirinya menjadi lebih paham dan lebih tertib dalam pengadministrasian usaha. Usaha juga tidak bisa dilakukan sambil lalu saja, tetapi harus disiplin dan tertib.
Usaha juga tidak bisa dilakukan sambil lalu saja, tetapi harus disiplin dan tertib. (Hajah Liana)
Kisah unik diceritakan Ibu Susiati pemilik usaha Kopi Nawa 9 dari lereng Gunung Arjuno, Jawa Timur. Saat pertama kalinya memberanikan diri untuk memilih usaha kopi, ia menyangrai lima kilogram biji kopi. Hasilnya, gosong!
Ibu Susianti pun tertawa malu-malu. “Tapi sekarang dong, saya sudah bisa menyangrai, meracik, dan saya bangga dengan kopi. Saya sudah punya mesin roaster kapasitas besar,” ceritanya dengan penuh semangat.
Di Bali, I Wayan Rubadiana bersama PKK Sampoerna membangun bisnis krupuk ikan patin dua rasa sejak 2016. Dua tahun menjalani pendampingan bersama PKK Soampoerna, Rubadiana sudah mengantongi izin edar produk industri rumah tangga dari dinas kesehatan setempat.
Menurut Ferry, Sri, Liana, dan Susanti, datang dan bergabung menjadi binaan PPK Sampoerna itu pilihan tepat. Mereka tak akan besar seperti sekarang jika wirausaha tidak dijalani serius dan disiplin.
Jangan takut
Coordinator CSR Facilities PPK Sampoerna Sri Widowati Sugih Hastuti mengatakan jangan takut menjadi wirausaha meski modal hanya Rp 50.000 sekali pun. Ia bersama para pendamping ada untuk siap membantu. Karena setiap UMKM binaan PPK Sampoerna selalu diarahkan untuk terus bisa naik kelas dan bisa berorientasi ekspor. Artinya, mutu, kemasan, pemasaran hingga tertib manajemen harus dikuasai benar dengan pelan-pelan.
PPK Sampoerna membina UMKM mulai tahun 2007, dengan dana hingga tahun ini lebih dari Rp 85 miliar. Saat ini ada 33.000 UMKM binaan Sampoerna yang bergerak di berbagai bidang di seluruh Indonesia. Beberapa daerah dengan UMKM binaan berkondisi bagus adalah Pasuruan, Surabaya, Temanggung, dan Lombok.
PPK Sampoerna, ujar Wido, membuka diri untuk kerja sama pembinaan UMKM. ”Ada mesin, lahan pertanian, laboratorium usaha, dan fasilitas penunjang lain di lahan seluas 27 hektar. Sangat sayang jika tidak dimanfaatkan. Ya, kan? Tidak ada sepeser pun PPK mengambil keuntungan dari pembinaan ini. Semua kembali kepada para peserta” katanya.
Berbagai bidang pelatihan diberikan di PKK Sampoerna seperti aneka keterampilan olahan makanan, budidaya tanaman semacam air culture (budidaya di udara), serta produksi dan budidaya pakan ternak.
Para jurnalis diberi kesempatan berkeliling lahan itu. Seru rasanya. Banyak ragam pilihan pelatihan wirausaha yang ditawarkan. Biayanya hanya sekitar Rp 50.000 untuk sekali pelatihan.
“PPK Sampoerna percaya sebuah bisnis sebesar apa pun, baru bisa disebut berhasil jika mampu menggerakkan usaha UKM sekitarnya. Usaha UKM itu sendiri kemudian juga menggerakkan pelaku usaha keluarga dan sekitarnya, jadi bisnis itu juga harus berani memberdayakan sekitarnya,” ujar Wido, sambil berkeliling area.
PPK Sampoerna juga menyediakan ruang pamer produk UMKM hasil pelatihan di salah satu ruangan. Ruang pameran itu merupakan bukti atas usaha terus-menerus menekuni pelatihan usaha bagi warga masyarakat di lingkungan Sampoerna. Mereka juga setahun sekali menggelar pameran SETC dengan pilihan kota berganti setiap tahun. Tahun 2018, SETC digelar di Kota Denpasar, Bali.
Para peserta latihan, sebagian besar mendapat berbagai prestasi. UMKM binaan PKK Sampoerna bahkan menyatakan siap bersaing di ASEAN dalam rangka masyarakat ekonomi ASEAN.
Para jurnalis juga diajari berwirausaha jahe bubuk instan. Selama satu jam, tujuh orang jurnalis berkolaborasi dan berkompetisi menghasilkan jahe instan terbaik. Hasilnya, mereka tak menduga bisa melakukannya dan optimis mampu memulai usaha suatu saat nanti.
“Nah, silahkan datang lagi ke PPK. Kami semuanya di sini dengan senang hati untuk selalu berbagi,” ucap Wido sebagai kata penutup perpisahan Sabtu itu.