SURABAYA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian berharap generasi milenial terlibat dalam industri persepatuan yang terus tumbuh, terutama oleh pengusaha lokal. Namun, pengembangan di tingkat lokal patut dibarengi dengan peningkatan mutu produk agar menjadi komoditas yang unggul dan mampu memenangi persaingan di pasar dunia.
Terkait dengan hal itu, Kemenperin menggandeng Universitas Kristen Petra di Surabaya, Jawa Timur, mendorong pengembangan industri sepatu, khususnya sneakers, melalui Indonesian Footwear Creative Competition (IFCC) yang berlangsung di Kampus Siwalankerto, Selasa (19/3/2019). Kegiatan ini mencoba merangkul generasi milenial, termasuk mahasiswa, untuk menjadi pengusaha persepatuan melalui pelatihan berkonsep tritunggal, yakni desain, fotografi, dan videografi.
Kami mencoba mendorong pertumbuhan industri persepatuan skala kecil menengah.
Dari kegiatan itu, diharapkan ada dorongan para pengusaha persepatuan untuk meningkatkan kualitas produk melalui pelatihan sumber daya manusia, pengetahuan, teknologi, dan sistem standardisasi. ”Kami mencoba mendorong pertumbuhan industri persepatuan skala kecil menengah,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih di UK Petra.
Menurut catatan Kemenperin, industri alas kaki di Indonesia sebanyak 18.657 unit yang 18.091 usaha di antaranya skala kecil. Industri skala menengah 411 unit dan yang besar 155 usaha. Nilai ekspor tahun lalu mencapai 5,11 miliar dollar AS yang meningkat dibandingkan dengan 4,78 miliar dollar AS pada 2017.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, potensi pengembangan industri sepatu, khususnya kulit, berada di kawasan klasik, yakni Sidoarjo dan Magetan. Kedua kabupaten sudah dikenal sebagai salah satu produsen industri persepatuan berbahan baku kulit. Masalahnya, penyediaan bahan baku menjadi tantangan mengingat masih impor yang mencapai 60 persen.
Dengan pelatihan desain, fotografi, dan videografi, diharapkan muncul produk yang berkualitas dan diterima pasar dari para pengusaha berlatar belakang generasi milenial.
Untuk itu, di Magetan, pembangunan unit pelaksana teknis yang dilengkapi dengan mesin pengukur komputer kulit guna menekan limbah bahan baku merupakan kebijakan yang tepat. Pemprov Jatim juga berusaha menyinergikan kebijakan itu dengan program milenial job center, yang mana pelatihan desain, fotografi, dan videografi diklaim sesuai untuk generasi milenial.
”Dengan pelatihan desain, fotografi, dan videografi diharapkan muncul produk yang berkualitas dan diterima pasar dari para pengusaha berlatar belakang generasi milenial,” kata Emil.
Rektor UK Petra Djwantoro Hardjito mengatakan, kerja sama tentang industri persepatuan patut didukung. Persepatuan merupakan salah satu industri kreatif dengan produk yang dibutuhkan, termasuk oleh generasi muda.
Mengutip catatan Bank Dunia, selama 2017, kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian negara rata–rata 17 persen. Yang terbesar adalah China (28,8 persen), Korea Selatan (27 persen), Jepang (21 persen), dan Jerman (20,6 persen).
Indonesia di posisi kelima dengan 20,5 persen. Industri manufaktur yang notabene non-minyak dan gas bumi diprediksi tumbuh 5,4 persen tahun ini yang antara lain pertumbuhan usaha tekstil dan pakaian jadi (5,6 persen) dan barang dari kulit dan alas kaki (5,4 persen).
”Pengembangan industri alas kaki saya rasa tepat,” ujar Djwantoro.