Membumikan Akses Belajar Lewat Cerebrum
Rumah kontrakan di perbukitan Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat, itu tidak besar. Bertipe 36 dengan hanya dua kamar tidur. Namun, dari kontrakan itu, para penggawanya menjembatani mimpi anak muda Indonesia tentang pendidikan bagi siapa saja.
”Ini kantor kecil kami. Sejak Agustus 2018, kami memasukkan data, mengontrol lalu lintas pelayanan, dan merumuskan ide untuk pengembangan ke depan. Semua digawangi anak-anak muda,” kata CEO PT Cerebrum Media Tama Indonesia Aditya Pratama Ghifary (22), Jumat (18/1/2019). Perusahaan yang berdiri pada Juni 2018 ini menaungi aplikasi Cerebrum, layanan bimbingan belajar daring gratis.
Siang itu, selepas shalat Jumat, empat kru Cerebrum kembali berkutat di balik komputer. Tugas mereka mengunggah soal dan video bahan ujian masuk perguruan tinggi negeri beserta jawabannya ke platform digital.
Mata Nizar Farid (19), salah seorang pengunggah soal, tajam memandu tangannya memainkan tetikus mengunggah soal matematika. Ia juga mengunggah beberapa kunci jawaban soal ke akun Instagram dan kanal Youtube, Cerebrum.id.
Nizar baru bergabung di Cerebrum tiga bulan terakhir. Lulusan salah satu madrasah aliyah di Tasikmalaya ini tengah menunggu waktu ikut seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri 2019.
Tahun lalu, ia belum beruntung saat mendaftar ke jurusan desain komunikasi visual salah satu perguruan tinggi ternama di Bandung. Kini, setelah bekerja di Cerebrum, ia relatif lebih percaya diri. Setiap malam, ia mempelajari lagi soal-soal yang ia unggah.
”Sambil menyelam minum air. Saya ikut berlatih soal. Kalau sengaja ikut bimbingan belajar, biayanya cukup mahal,” katanya.
Duduk di sebelah Nizar, ada Ridwan (19), pengunggah soal lainnya, yang juga memanfaatkan kesempatan serupa. Persiapan ikut seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri 2019 dimulai sejak pertama bergabung bersama Cerebrum, tiga bulan lalu.
”Di sini saya tahu, lolos ujian tidak melulu karena bisa mengerjakan soal ujian, tetapi juga karena mengenal jurusan yang kita mau. Di Cerebrum, beberapa jurusan dikupas sehingga memberi ilmu baru,” katanya.
Di sini saya tahu, lolos ujian tidak melulu karena bisa mengerjakan soal ujian, tetapi juga karena mengenal jurusan yang kita mau. Di Cerebrum, beberapa jurusan dikupas sehingga memberi ilmu baru.
Aditya tersenyum mendengar mimpi rekan-rekannya. Dua alasan itu juga yang mendorongnya membesarkan Cerebrum. Mulai dari konten di Instagram hingga menjadi laman khusus yang membantu ribuan orang menyiapkan diri masuk perguruan tinggi negeri.
Aditya mengatakan, periode 2013-2015, ia pernah menjadi peserta bimbingan belajar di Bandung. Total dua kali ia menjadi peserta seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri. Namun, di awal usahanya tidak mulus. Pada 2014, ia gagal. Dia kembali pada tahun kedua. Aditya lolos meski hanya tembus pilihan ketiga. Total dana yang dikeluarkan untuk bimbingan belajar sekitar Rp 30 juta.
”Saya prihatin. Tidak semua orang beruntung menyisihkan uang sebanyak itu,” kata mahasiswa Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Bandung ini. Tidak hanya itu, dia mengatakan, kesempatan menikmati layanan bimbingan belajar hingga kini belum merata. Apabila ia bisa mendapatkannya di kawasan perkotaan, belum tentu siswa di daerah pelosok bisa merasakan pengalaman serupa.
”Harus diakui, ada yang bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa bimbingan belajar,” kata Aditya. ”Namun, kemampuan setiap siswa berbeda. Bagi sebagian siswa, ilmu yang diperoleh di sekolah belum cukup membantu masuk perguruan tinggi negeri,” katanya.
Kegelisahannya tak mengendap. Bersama rekannya, Alif Hijriah (23), dia mengambil langkah nyata. Lewat akun Instagram @SBMPTN2018, mereka membuat konten tentang masuk perguruan tinggi negeri pada Oktober 2017. Soal-soal latihan yang mereka miliki diunggah beserta tips dan triknya. Video pembahasan pun diberikan melalui kanal Youtube.
Saat menjadi semakin besar, butuh tempat ekspresi lebih luas. Mereka lantas membuat laman khusus, Cerebrum.id sejak Januari 2018 bersama akun Instagram baru dengan nama serupa.
”Sesuai nama, Cerebrum atau otak besar, kami ingin jadi jembatan bagi kemauan belajar calon mahasiswa,” kata Alif, yang kini menjabat sebagai Chief Digital Officer PT Cerebrum Media Tama Indonesia.
Cerebrum.id dibagi dalam empat bagian besar, sama seperti fungsi otak besar. Cerevid, misalnya. Di sini, peserta bisa mengerjakan soal-soal beragam mata pelajaran yang disediakan. Tinggal klik, banyak soal menunggu diselesaikan. Kunci jawaban juga disediakan lewat tautan yang terhubung dengan Youtube. Di sana, ada pemandu yang bakal menerangkan metode dan jalan keluar memecahkan soal.
Selanjutnya adalah Cerejur. Layanan ini memberikan akses bagi calon mahasiswa untuk melihat lebih jauh jurusan yang diinginkan. Bentuknya seperti reportase singkat tentang keunggulan dan potensi jurusan tertentu. Mereka mengunggah videonya juga lewat Youtube. Adapun dalam Cerecall, interaksi antara pengelola dengan peserta mendapatkan tempat. Siapa saja bisa bertanya seputar ujian masuk perguruan tinggi negeri. Jawaban akan diberikan sebagai bekal untuk peserta kelak.
Terakhir adalah Cereout. Layanan serupa simulasi ujian (tryout) ini terbilang banyak peminatnya. Setelah mendaftar, peserta bisa ikut ujian yang kini digelar 100 kali dalam sebulan. Keuntungannya beragam. Peserta tak harus menunggu banyak orang lainnya. Hasil ujian pun bisa dilihat langsung. Ada tabel peringkat yang bisa digunakan mengukur kemampuan peserta. Kini, setiap bulan, ada 5.000 orang yang ikut ujian daring ini.
Ada yang berbeda dengan sistem ujian dalam Cereout. Tetap menyediakan ujian tanpa biaya, tetapi ada juga yang berbayar. Apabila gratis, peserta hanya mendapat sekitar 15 soal. Namun, jika berbayar, peserta bisa mendapat hingga 150 soal.
”Meski berbayar, biayanya terjangkau. Untuk 100 kali ujian, peserta hanya membayar Rp 60.000. Masih jauh lebih murah dibandingkan dengan ikut ujian di lembaga bimbingan belajar, yang sekali pertemuan harus membayar puluhan ribu,” tutur Alif, kini mahasiswa S-2 Matematika Institut Teknologi Bandung.
Meski tidak makan banyak biaya, Alif menjamin soal-soal tidak dibuat dengan sembarangan. Saat ini, ada 15 guru dari beragam mata pelajaran yang dilibatkan.
Guru-guru ini bertugas merancang kisi-kisi, membuat soal sekaligus memberi kunci jawabannya. Untuk mematangkan kualitasnya, guru-guru itu berkumpul bersama awak Cerebrum untuk membahas kualitas soal setiap sebulan sekali. Ada honor yang diberikan kepada guru-guru. Jumlahnya bergantung kerja keras membuat soal, antara Rp 450.000 dan Rp 2,5 juta per bulan.
Kesetiaan mereka memberi akses setara bagi semua orang berbuah manis. Pernah dikunjungi hingga 13 juta orang, Cereburm.id ikut mengantar 2.500 orang lolos ujian.
”Testimoni pun menyejukkan hati. Paling berkesan saat ada yang bilang Cerebrum.id adalah penolongnya lolos PTN,” katanya.
Pangakuan pun datang tak hanya dari peserta. Youtube memberikan Cerebrum.id plakat Silver Play Button karena mampu menembus 100.000 pelanggan. Tahun ini, Cerebrum.id ditargetkan meraih plakat Golden Play Button atau minimal punya 1 juta pelanggan.
”Target besar itu kami rencanakan bisa didapat tahun ini,” kata Aditya penuh percaya diri.
Modalnya sudah di tangan. Dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2018 yang digelar Bank Mandiri, Cerebrum mengantarkan Aditya, Alif, dan timnya menjadi Juara I WMM Kategori Teknologi Digital Tingkat Mahasiswa, 15 September lalu. ”Semoga jadi penyemangat untuk lebih baik,” katanya.
Tidak asal bicara, amunisi sudah disiapkan. Aditya mengatakan, Cerebrum bakal ditujukan menjadi pusat pembelajaran beragam ilmu secara daring. Tidak hanya pendidikan formal, tetapi juga keahlian lainnya.
Beberapa topik yang tengah disusun adalah cara membuat aplikasi lewat Android, belajar merajut, musik, dan kemampuan berbicara di depan umum. Selain itu, tengah digagas juga penyediaan soal-soal untuk ujian nasional.
”Semuanya tetap pada visi semula. Gratis agar semua orang bisa ikut belajar dan mendapat manfaatnya,” ujar Aditya.
Cerebrum seperti mengembalikan fungsi dasar dari pendidikan. Semua orang bisa mendapatkannya, tidak peduli kapan dan di mana saja. Saat semua terpenuhi, pemerataan semoga tak sekadar mimpi.
Biodata
Nama: Aditya Pratama Ghifary
Tempat dan Tanggal Lahir: Bandung, 28 Januari 1997
Pendidikan Terakhir: SMAN 1 Baleendah, Bandung (lulus 2014)
Nama: Alif Hijriah
Tempat dan Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 19 Mei 1996
Pendidikan Terakhir: Jurusan Matematika ITB (lulus 2018)