Sinyal Bisnis Kini Tak Kenal Putus
Di zaman serba digital, jarak bukan lagi menjadi penghalang bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dalam menjangkau pasar. Kemajuan teknologi yang didukung jaringan telekomunikasi handal membuat jangkauan pemasaran kian berkembang.
”Sebentar ya, saya lihat pesan di Instagram, sepertinya ada yang mau memesan,” ujar Choirul Mahpuduah (49), pemilik usaha Almond Crispy dari Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (4/1/2019).
Memantau media sosial dan situs e-dagang merupakan salah satu aktivitas rutin yang dilakukan Irul, sapaan Choirul. Melalui perdagangan secara daring, Irul berusaha memasarkan produknya agar kian dikenal konsumen.
Ada beberapa situs media sosial yang dimanfaatkan untuk menjual produknya, di antaranya Instagram, Facebook, dan WhatsApp. Dia juga bergabung di situs e-dagang, seperti Tokopedia dan Bukalapak dengan merek dagang Pawon Kue.
Meskipun pembeli yang datang secara langsung di rumahnya maupun yang memilih membeli di toko oleh-oleh cukup banyak, Irul memilih tetap menggarap pasar di media sosial dengan serius. Sebab, pasar di segmen ini dinilai amat potensial, mengingat fasilitas pendukung seperti perkembangan teknologi, keberagaman aplikasi, serta jaringan internet saat ini cukup memadai.
Melalui media sosial, konsumennya tak hanya datang dari Surabaya, melainkan dari sejumlah kota-kota lain, seperti dari Bali, Lombok, dan Jakarta. “Produk Almond Crispy juga bisa dibeli saat penerbangan menggunakan maskapai Citilink,” ucap Irul.
Dalam menjual produk secara daring, Irul memilih menggunakan kartu Simpati dari operator Telkomsel. Hal ini tak lain karena provider tersebut memiliki jaringan yang luas hingga ke pelosok sehingga memudahkannya melakukan transaksi dimana pun berada.
“Kalau saya ke rumah orangtua di desa, saya tetap bisa memproses transaksi karena sinyalnya kuat. Pembeli yang telepon melalui aplikasi WhatsApp juga lancar dan tidak putus-putus,” kata ibu dua anak tersebut.
Kesuksesan Irul tak dinikmatinya sendiri. Perempuan yang aktif di LSM Serikat Perempuan Pekerja untuk Pekerja Rumahan Indonesia itu menggerakkan sekitar 70 orang tetangganya di Gang II Rungkut Lor untuk berjualan kue dan memasarkannya secara daring. Omzet para perajin kue di gang itu kini sekitar Rp 20 juta per hari.
Kalau saya ke rumah orangtua di desa, saya tetap bisa memproses transaksi karena sinyalnya kuat. Pembeli yang telepon melalui aplikasi WhatsApp juga lancar dan tidak putus-putus
Lingkungan tempat tinggal Irul itu pun berangsur-angsur menjelma sebagai kampung kue. Irul, yang mula-mula mendeklarasikan istilah itu, memasang poster di mulut gang. Atas kreativitas warganya, Kampung Kue di Rungkut Lor Gang II juga ditetapkan sebagai kampung digital oleh PT Telkom. Dengan fasilitas internet, para ibu tak hanya berjualan kue di lapak, tetapi juga di media sosial. Pasarnya pun kian meluas.
Senada dengan Irul, Anita Trisusilowati (40), juga memerlukan jaringan telekomunikasi yang kuat untuk memasarkan produk Cakra Aromaterapi. Meskipun tempat produksinya di Surabaya jangkauan sinyalnya amat baik, tak jarang dia harus keluar kota, bahkan ke wilayah perdesaan di kawasan Indonesia timur untuk menjual produknya.
“Saya hanya percaya Telkomsel yang sinyalnya kuat, dari perkotaan hingga ke perdesaan di luar Jawa,” katanya.
Menurut dia, aktivitasnya dalam mempromosikan produk aroma terapi belum pernah terganggu selama berkomunikasi dengan pelanggan yang mayoritas juga pengguna Telkomsel. Hal itu juga menjadi salah satu alasannya memakai provider dalam negeri untuk memudahkan pelanggannya berkomunikasi dengan lancar dan hemat.
Saya hanya percaya Telkomsel yang sinyalnya kuat, dari perkotaan hingga ke perdesaan di luar Jawa
Irul maupun Anita percaya bahwa penggunaan teknologi dalah sebuah peluang yang besar. Oleh sebab itu, dia hanya mempercayakan kebutuhan itu kepada provider Telkomsel yang dinilai mampu menjembatani komunikasi guna memperlancar usahanya.
Kelancaran komunikasi menggunakan Telkomsel didukung dengan keberadaan lebih dari 152.000 BTS di seluruh Indonesia, termasuk lebih dari 101.000 BTS broadband berteknologi 4G dan 3G. Telkomsel juga menyediakan pelayanan purna jual yang prima di sekitar 440 GraPARI di seluruh Indonesia.
Selain itu, sejumlah kepala daerah juga terus mendorong para pelaku UMKM memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produknya. Di Surabaya misalnya, program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda memasukkan materi pemasaran digital sebagai salah satu ilmu yang harus dimiliki setiap pelaku usaha.
Gandeng mitra
Pemprov Jatim pun menggandeng mitra Bukalapak untuk memasarkan produk-produk UMKM. Langkah ini ditempuh untuk mewujudkan mimpi pelaku UMKM yang ingin memenangi pertarungan dalam industri serta perdagangan dapat lebih efektif dan efisien. Dengan memasarkan produk secara daring, diharapkan produk UMKM Jatim bisa menjadi pemenang dalam pertarungan pasar ASEAN.
Peluang itu akan bisa maksimal jika ditunjang dengan sarana pendukung yang memadai, salah satunya provider telekomunikasi. Vice President Sales and Marketing Jawa Bali Ericson Sibagariang mengatakan, Telkomsel berkomitmen dalam mendukung kemajuan bisnis UMKM di Indonesia. Komitmen itu diwujudkan dalam menghadirkan beragam solusi bisnis lewat aplikasi Telkomsel myBusiness.
“Belum semua UMKM memanfaatkan teknologi digital. Dari 34 persen UMKM pengguna internet, hanya 10 persen yang memanfaatkan untuk pengembangan usahanya. Padahal di era sekarang, internet berperan penting dalam mengembangkan usaha lebih luas dan efisien,” ujar Ericson.