JAKARTA, KOMPAS — Produksi batubara PT Bukit Asam Tbk tahun ini diperkirakan melebihi target perusahaan yang sebanyak 26 juta ton. Dari sisi laba bersih, harga batubara sepanjang 2018 yang lebih tinggi dari rata-rata harga di 2017, berpotensi lebih besar dibanding perolehan tahun lalu. Bukit Asam terus menjaga komitmen untuk mengembangkan gasifikasi batubara sebagai salah satu aksi korporasi.
"Produksi batubara sampai akhir tahun nanti diperkirakan lebih tinggi 8 persen dari target. Begitu pula dalam hal perolehan laba bersih. Sampai triwulan III-2018, laba bersih Bukit Asam mencapai Rp 3,94 triliun. Secara detil, perolehan laba dan produksi sampai Desember ini masih dalam penghitungan," ujar Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin usai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Jumat (28/12/2018), di Jakarta.
Dalam RUPSLB tersebut perusahaan mengumumkan pergantian posisi komisaris. Posisi komisaris independen yang sebelumnya dijabat Johan O Silalahi diganti oleh Soenggoel Pardamean Sitorus. Dua komisaris lainnya, yaitu Purnomo Sinar Hadi dan Muhammad Said Didu, digantikan oleh Taufik Madjid dan Jhoni Ginting.
Bukit Asam, lanjut Arviyan, berkomitmen melaksanakan hilirisasi batubara, yakni gasifikasi batubara atau memproses batubara untuk menghasilkan dimetil eter. Dimetil eter adalah salah satu bahan baku utama elpiji. Konsumsi elpiji di Indonesia yang per tahunnya mencapai hampir 7 juta ton, sekitar 70 persennya diimpor. Gasifikasi batubara dipercaya dapat mengurangi impor elpiji.