JAKARTA, KOMPAS – Agar dapat memenuhi kebutuhan peternak, pengadaan jagung dari dalam negeri perlu dioptimalkan. Sebab, produksi telur dan daging ayam bergantung pada jagung pakan.
“Oleh sebab itu, kebutuhan jagung bagi pabrik pakan ternak dan peternak ayam petelur harus menjadi prioritas,” kata Sekretaris Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (25/12/2018).
Untuk memenuhi kebutuhan jagung, Sola menyarankan pemanfaatan lahan tadah hujan setelah panen padi. Dengan cara itu, air dalam tanah dapat langsung diserap untuk tanaman jagung pada masa awal pertumbuhan.
Agar jagung dapat tumbuh dengan baik di lahan tadah hujan, Sola mengatakan, embung dan pompa mesti disiapkan sejak saat ini. Keduanya berfungsi menjaga pasokan air pada musim kering.
Untuk lahan pada umumnya, Sola mengharapkan, adanya optimalisasi tanam pada musim hujan saat ini. “Pupuk dan bibit harus berkualitas. Jika petani jagung tidak dapat mengaksesnya secara dana, kemudahan dalam penyaluran kredit usaha rakyat menjadi solusinya,” ujarnya.
Kebutuhan
Adapun Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo memaparkan, kebutuhan jagung pada 2019 berkisar 9,5 juta ton. Pada 2019, dia menargetkan produksi pakan mencapai 20,3 juta ton atau naik sekitar 6,8-7 persen dari target tahun ini.
Sepanjang 2018, pengadaan jagung untuk bahan baku pakan menjadi sorotan GPMT. “Kebutuhan kami rata-rata sekitar 600.000 ton per bulan. Saat ini, kami hanya mendapatkan sekitar 450.000 ton-500.000 ton per bulan,” tutur Desianto.
Selain dari sisi kuantitas, pasokan jagung pakan yang seret juga tercermin dari harganya. Saat ini, harganya berkisar Rp 5.800-Rp 6.000 per kilogram (kg) di tingkat petani. Padahal, pemerintah menetapkan harga acuannya Rp 4.000 per kg.
Idealnya, proporsi jagung pada pakan ternak yang diproduksi pabrik berkisar 50 persen serta paling minimal 30-40 persen. Selisihnya disubstitusi dengan singkong, gandum, atau sorgum.
Desianto mengatakan, paduan jagung dengan bahan subtitusinya merupakan langkah yang diambil untuk menghadapi tingginya harga jagung.
Saat ini, Desianto mengharapkan adanya panen raya mulai akhir Januari atau awal Februari mendatang. Panen jagung itu berasal dari Pulau Sumatera.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto optimistis panen pada Januari mendatang. Optimisme itu berdasarkan luas tanam hingga Oktober 2018 mencapai sekitar 269.891 hektar secara nasional. (JUD)