JAKARTA, KOMPAS -- Sejumlah tantangan dinilai masih menjadi pekerjaan rumah bagi industri penerbangan Tanah Air. Perusahaan maskapai penerbangan dituntut kreatif untuk mendongkrak pendapatan di luar penjuaan tiket.
Tantangan itu antara lain terkait fluktuasi harga avtur, penurunan nilai tukar rupiah, serta kepercayaan publik terkait keamanan, keselamatan, dan pelayanan. Pengamat penerbangan, Alivin Lie saat dimintai pendapatnya, Jumat (21/12/2018) di Jakarta menyatakan, industri penerbangan memiliki tugas beras mengembalikan kepercayaan publik, terutama terkait isu keselamatan, di tahun 2019.
Terlebih, kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 dengan nomor registrasi PK-LQP di Perairan Karawang, Jawa Barat, akhir Oktober 2018 lalu masih menyisakan trauma tersendiri bagi sebagaian orang. Tantangan lain terkait fluktuasi harga avtur dan kemungkinan penuruan nilai tukar rupiah tahun depan.
Alvin menyarankan maskapai untuk melakukan beberapa inovasi, seperti memperluas pasar pengiriman kargo. Perluasan tersebut bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pemasukan. Sebab, dengan adanya pertumbuhan pasar e-dagang serta pertumbuhan ekspor dan impor, jasa kargo juga ikut tumbuh.
"Pengurangan kapasitas bagasi gratis bagi penumpang juga bisa menjadi alternatif yang patut dicoba. Sudah ada beberapa maskapai, seperti Lion Air dan Wings Air, yang menerapkan cara itu. Hasilnya cukup signifikan," ujar Alvin.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah mengefisienkan penggunaan avtur. Hal tersebut karena harga avtur fluktuatif, menyesuaikan kondisi perekomomian dunia. Alvin juga menyarankan pihak maskapai untuk bekerja sama dengan pengiklan agar mau memasang iklan, baik di dalam maupun di luar pesawat.
Strategi
Strategi untuk bekerja sama dengan pengiklan sejalan dengan strategi bisnis PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pada tahun 2019, Garuda berencana menggandeng beberapa perusahaan seperti Mahata Aero Teknologi, Traveloka, tiket.com, dan jd.id untuk memasang iklan di Garuda Indonesia.
"Peluangnya besar, mengingat jumlah penumpang Garuda Indonesia mencapai 30 juta penumpang dalam satu tahun," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra yang ditemui seusai paparan publik kinerja perseroan, Jumat siang.
Hingga triwulan III-2018, jumlah penumpang Garuda Indonesia meningkat sebesar 7,9 persen menjadi 28,7 juta orang dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017.
Pendapatan dari layanan penerbangan dan layanan kargo Garuda Indonesia meningkat, masing-masing 4 persen dan 13,4 persen pada Oktober dan November 2018, dibandingkan periode yang sama di tahun 2017.
Untuk target ke tahun 2019, Ari Askhara menambahkan, ada tiga target yaitu restrukturisasi sewa pesawat serta efisiensi dan kerja sama dengan perusahaan pengiklan.
Meski menghadapi sejumlah tantangan yang berat, Alvin optimistis, pada tahun 2019 angka pertumbuhan bisnis penerbangan bisa tembus 10 persen. Hal itu dipicu oleh adanya pembukaan bandara-bandara baru dan peningkatan kapasitas bandara-bandara lama. (E18)