JAKARTA, KOMPAS — Program promosi Hari Belanja Online Nasional yang berlangsung pada 11-12 Desember 2018 membukukan transaksi senilai Rp 6,8 triliun. Dari jumlah itu, Rp 3,1 triliun atau 46 persen dari total transaksi berasal dari penjualan produk lokal.
Ketua Umum Harbolnas Indra Yonathan, Rabu (19/12/2018) di Jakarta, mengatakan, hal yang membedakan Harbolnas 2018 dibandingkan tujuh tahun sebelumnya adalah tema. Harbolnas 2018 mengusung semangat belanja produk lokal. Definisi ”lokal” di sini adalah merek asli Indonesia dan diproduksi di dalam negeri.
”Jadi, Harbolnas bukan sekadar ajang berburu diskon barang, melainkan juga edukasi mencintai produk dalam negeri,” ujarnya.
Data tersebut merupakan hasil kerja sama panitia Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2018 dengan Nielsen Indonesia. Metode pengumpulan data berupa survei kepada 744 responden pengguna internet berusia 15 tahun ke atas di 31 kota. Selama tiga bulan terakhir, mereka aktif membeli barang di platform dalam jaringan.
Pengumpulan data diperoleh sehari setelah program berakhir, yakni tanggal 13 Desember 2018. Panitia Harbolnas dan Nielsen Indonesia menyebut, data tersebut adalah perkiraan.
Harbolnas 2018 diikuti sekitar 300 pelaku industri di ekosistem perdagangan secara elektronik atau e-dagang. Program promosi didukung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA).
Indra menjelaskan, semula panitia menargetkan nilai transaksi Harbolnas 2018 sebesar Rp 7 triliun. Harbolnas setahun sebelumnya sebesar Rp 4,6 triliun. Meski realisasi transaksi tidak sesuai harapan, panitia tetap mengaku puas dengan pencapaian.
”Pencapaian transaksi produk lokal luar biasa. Nilainya di luar ekspektasi kami. Kami juga senang 300 peserta Harbolnas 2018 menyerukan belanja produk lokal,” katanya.
Mode dan kosmetik
Director Consumer Insight Nielsen Indonesia Rusdy Sumantri menceritakan, berdasarkan riset, selama Harbolnas 2018, transaksi lebih banyak terjadi pada pukul 09.00 hingga 15.00. Pada saat berbelanja produk lokal, 56 persen konsumen memilih mode dan 26 persen kosmetik.
Dia mengungkapkan, 71 persen konsumen mengaku tertarik berbelanja di Harbolnas 2018 karena alasan berburu diskon.
Sekitar 88 persen orang yang berbelanja untuk Harbolnas 2018 menggunakan ponsel pintar mereka. Pada momen tahun sebelumnya, sekitar 75 persen konsumen berbelanja lewat ponsel pintar.
Dilihat dari segi metode pembayaran, 49 persen transaksi dibayar menggunakan internet banking. Jika dibandingkan Harbolnas 2017, ada kenaikan 3 persen penggunaan metode ini.
Vice President Credit Cards Group Bank Mandiri M Haris Budiman menilai Harbolnas selalu menjadi stimulus orang untuk berbelanja. Dalam Harbolnas kali ini, Bank Mandiri menjadi sponsor untuk ketiga kali.
Untuk Harbolnas 2018, Bank Mandiri membukukan rata-rata jumlah transaksi Harbolnas 2018 tumbuh 95 persen dibandingkan Harbolnas 2017. ”Bisnis lain saat ini susah mencapai pertumbuhan sebesar itu,” katanya.
Nasabah Bank Mandiri masih dominan menggunakan transfer, lalu diikuti kartu kredit, dan baru kartu debet. Sayangnya, Haris mengatakan, pihaknya belum mengukur pembayaran belanjaan menggunakan uang elektronik. (MED)