JAKARTA, KOMPAS – Laba bersih PT Anabatic Technologies Tbk pada kuartal III-2018 tergerus 51 persen. Salah satu penyebabnya adalah pelemahan kurs rupiah yang terjadi sepanjang tahun. Untuk itu, Anabatic Technologies berupaya melunasi utang dalam denominasi dollar sebagai langkah preventif.
Dalam paparan kinerja perusahaan yang disampaikan, Selasa (4/12/2018), di Jakarta, disebutkan laba bersih perusahaan pada kuartal III-2018 menurun menjadi Rp 17 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, Anabatic Technologies mencatatkan perolehan laba bersih Rp 35 miliar.
Direktur Independen PT Anabatic Technologies Tbk, Hendra Halim, mengatakan, pelemahan kurs rupiah yang terjadi sepanjang tahun telah memberikan dampak negatif terhadap perolehan laba bersih perusahaan.
Padahal, pada kuartal III-2018 perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp 3,7 triliun atau tumbuh 19 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,1 triliun. Laba usaha juga meningkat dari Rp 124 miliar menjadi Rp 149 miliar atau tumbuh 20 persen.
Hendra menyadari, kondisi perekonomian global pada 2019 tidak jauh berbeda dengan tahun ini. Artinya, pelemahan kurs masih bisa terjadi. Oleh sebab itu, sebagai langkah preventif, Anabatic Technologies akan melunasi utang-utang dalam denominasi dollar pada tahun ini.
Utang Anabatic Technologies dalam denominasi dollar mencapai 10 juta dollar AS. Per September 2018, utang itu tersisa 2 juta dollar AS.
“Kami akan fokus melunasi utang agar laba bersih tidak tertekan seperti tahun ini,” ujar Hendra.
Adapun dana untuk pelunasan utang sebagian diambil dari hasil penerbitan obligasi konversi senilai Rp 560 miliar pada Juli 2018. Sedangkan sebagian lagi dari kas internal perusahaan.
Tiga strategi
Ke depan, Anabatic Technologies menyiapkan tiga strategi untuk ekspansi pasar. Ketiga strategi itu adalah memperdalam penetrasi pasar global, intensifikasi produk Anabatic, dan riset dan pengembangan teknologi baru serta strategis.
Direktur Anabatic Technologies, Adriansyah, menyampaikan, pihaknya akan lebih gencar mengembangkan produk baru sebagai antisipasi perkembangan pasar dan industri. Ia menyebut, ada empat produk yang memiliki prospek besar pada 2019, yaitu quick response (QR) payment, artificial intelligence, internet untuk segala, dan blockchain. Karena itu, fokus pengembangan riset Anabatic akan dititikberatkan pada keempat produk tersebut.
“Perusahaan akan meningkatkan investasi pada inovasi bisnis sebagai antisipasi perkembangan IT ke depan,” katanya.
Terkait penetrasi ke pasar global, kontribusi pasar global terhadap pendapatan Anabatic Technologies masih tergolong kecil, sebesar 5 persen. Meski demikian, Adriansyah mematok target 20-30 persen untuk pasar global tahun depan. Target setinggi itu, kata dia, masih bisa dicapai karena banyak peluang yang bisa digarap pada 2019. Hal itu karena pangsa pasar IT global 75 persen mirip dengan di Indonesia.