JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memprioritaskan pengembangan sektor industri kimia, termasuk industri petrokimia. Sektor industri kimia menjadi salah satu sektor yang diharapkan menjadi perintis dalam memasuki era industri 4.0.
”Pengembangan industri petrokimia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah supaya lebih berkontribusi bagi ekonomi dan berdaya saing di kancah global,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar melalui siaran pers, Minggu (2/12/2018).
Berdasarkan catatan Kemenperin, industri petrokimia merupakan penghasil devisa ekspor bagi negara. Nilai ekspor industri tersebut hingga triwulan III-2018 sebesar 1,12 miliar dollar AS atau naik 4,46 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Sektor ini menyerap 554.500 tenaga kerja.
Menurut Haris, industri petrokimia berperan strategis dalam proses industrialisasi di Indonesia. Industri petrokimia–sebagai salah satu sektor hulu–menyediakan bahan baku untuk banyak sektor hilir.
”Dengan demikian, keberlanjutan pembangunan industri petrokimia sangat penting bagi aktivitas perekonomian,” kata Haris.
Pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar sesuai perkembangan di era industri 4.0 dinilai penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri petrokimia. Salah satu upaya Kemenperin menyiapkan SDM industri adalah melalui Politeknik ATI Makassar.
Salah satu unit pendidikan vokasi Kemenperin tersebut tahun ini menghasilkan 99 lulusan Diploma 1 Program Studi Teknik Kimia guna memasok permintaan PT Petrokimia Gresik.
Haris mengatakan, program strategis untuk menyuplai tenaga kerja berkompeten tersebut merupakan kerja sama PT Petrokimia Gresik, Pusdiklat Industri, dan Politeknik ATI Makassar.
”Mulai tahun depan, kami akan memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Banten. Hal ini sebagai upaya memenuhi permintaan tenaga kerja di sektor industri petrokimia yang setiap tahun membutuhkan 500 tenaga kerja baru jenjang diploma tiga,” kata Haris.
Dia mengapresiasi keterlibatan PT Petrokimia Gresik dalam program vokasi yang diinisiasi Kemenperin. Keterlibatan itu antara lain dengan aktif membina sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jawa Timur dengan menerima program magang 300 guru SMK selama satu bulan. Selain itu, ada juga pelaksanaan program praktik kerja industri bagi 150 siswa SMK selama enam bulan.
Ketersediaan SDM industri menjadi salah satu perhatian bagi investor.
General Managing Partner Michelin Group Florent Menegaux pekan lalu mengatakan, Indonesia memiliki kualitas dan kompetensi tenaga kerja. Hal ini disampaikan Menegaux pada peresmian PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) di Cilegon, Banten. SRI adalah perusahaan patungan Michelin dengan PT Chandra Asri Petrochemical.