JAKARTA, KOMPAS - PT Nusantara Infrastruktur Tbk, emiten berkode META, melepas bisnis menara telekomunikasi dan akan fokus pada pembangunan jalan tol, baik di Jabodetabek maupun di Makassar.
Divestasi terhadap anak usaha tidak langsung, PT Komet Infra Nusantara (KIN) yang bergerak di bidang penyediaan menara telekomunikasi, telah dilakukan pertengahan tahun ini, dan dana hasil penjualan digunakan untuk memperbesar anggaran untuk investasi di infrastruktur utilitas lainnya.
"Dari hasil divestasi itu, kami mendapatkan keuntungan Rp 276 miliar. Aset kami memang berkurang, tetapi posisi keuangan menjadi lebih baik," kata Direktur META, Danny Hasan dalam paparan publik di Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Danni mengatakan, divestasi dilakukan karena kontrak atau konsesi di menara telekomunikasi terus menurun, menjadi kurang dari 10 tahun. Selain itu, harga sewanya pun turun. "Berbeda dengan konsesi di jalan tol atau energi terbarukan,atau di pengolahan air bersih. Semuanya di atas 20 tahun," kata Danni.
Divestasi ini menguntungkan perseroan karena harga jual KIN mencapai Rp 1,044 triliun dengan valuasi 12,2 kali dari Ebitda. Valuasi ini terbilang cukup tinggi, mengingat rata-rata valuasi menara telekomunikasi hanya 7-10,5 kali dari Ebitda.
Dana dari penjualan KIN itu digunakan META untuk menambah saham kepemilikan dari jalan Tol Jakarta Lingkar Barat (JLB). "Waktu itu PT Jasa Marga (Persero) Tbk menjual sahamnya sebesar 10 persen, kami ikut tender dan memenangkan penjualan itu. JLB ini menarik karena jumlah trafiknya sangat besar. Saat ini sudah mencapai 130.000 kendaraan setiap harinya," kata dia.
Selain dana dari penjualan KIN, META juga menerbitkan obligasi untuk JLB. Obligasi sebesar Rp 1,3 triliun itu dibagi dua, yakni sebesar Rp 875 miliar dengan jangka waktu tiga tahun dan kupon sebesar 9,75 persen, dan Rp 425 miliar dengan jangka waktu lima tahun, dengan kupon 10,65 persen. Dengan pembelian saham JLB, saat ini saham META di JLB melalui anak usaha PT Margautama Nusantara mencapai 35 persen.
Direktur Utama META, Ramdani Basri mengatakan, pihaknya memang ingin fokus pada tol, apalagi saat ini pemegang saham utama META adalah PT Metro Pacific Tollways Indonesia (MPTI). MPTI merupakan anak usah dari Metro Pacific Tollways Corporation, operator jalan tol terbesar di Filipina. Perusahaan ini juga memiliki jalan tol di Vietnam dan Thailand. Besaran sahamnya mencapai 72,94 persen.
"META sekarang dimiliki oleh MPTI, META juga dimiliki oleh Indonesia Infrastructure Finance sebesar 10 persen, dan publik sebesar 17,06 persen," ujar Ramdani.
Saat ini selain memperbesar JLB, META juga akan menambah layanan di Tol Makassar. "Kami ingin menyediakan layanan sistem informasi lalu lintas bagi pengguna jalan, dan membangun jembatan Tallo 2 untuk mengurai kemacetan di lajur utama. Saat ini kondisi lalu lintas di Makassar sangat padat," kata Ramdani.
META juga akan memperpanjang ruas jalan tol ke dalam pusat kawasan komersial, yakni di Pettarani, dan membangun jalan akses ke Makassar New Port. "Kami ingin membangun akses itu, tetapi belum diberikan izinnya dari pemerintah. Saat ini masih dalam taraf pembicaraan mengenai teknis," ujar dia.