JAKARTA, KOMPAS--Realisasi penukaran uang rusak dalam Ekspedisi Kas Keliling "Rupiah Jelajah Nusantara" di pulau-pulau terdepan Maluku dan Nusa Tenggara Timur sebesar Rp 4,6 triliun. Sosialisasi perawatan uang dan penggunaan rupiah sebagai alat transaksi pembayaran utama juga telah dilakukan untuk menjaga efisiensi produksi uang dan kedaulatan rupiah.
Pada 31 Oktober-9 November 2018, Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan TNI AL menggelar Ekspedisi Kas Keliling Pulau-pulau Tertinggal, Terdepan, dan Terpencil. Sasarannya Pulau Kasui, Kei Kecil, Yamdena, Leti, Wetar, Alor, Pantar, dan Solor di Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Total uang yang dibawa Rp 7 miliar.
Ketua Rombongan Tim Ekspedisi Kas Keliling Bonaryadi kepada Kompas, Selasa (13/11/2018), mengatakan, total realisasi penukaran Rp 4,6 miliar. Jumlah itu terdiri dari uang pecahan kecil -Rp 10.000 atau kurang- sebesar Rp 2 miliar dan uang pecahan besar -Rp 20 ribu atau lebih- Rp 2,6 miliar.
Kerusakan uang didominasi uang lusuh karena banyak masyarakat kepulauan yang kurang dapat merawat uang dengan baik. Kerusakan lainnya berupa uang sobek dan dicorat-coret.
"Khusus uang yang sobek, kami menggantikan dengan uang baru sesuai nilai uang yang ditukarkan. Syaratnya, masih ada tiga petempat bagian uang yang masih utuh," ujarnya.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Heru Pranoto mengemukakan, jumlah atau nilai total uang yang ditukar masyarakat melalui layanan kas keliling terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2016, nilai total yang ditukar Rp 2,58 triliun. Adapun pada 2017 senilai Rp 2,46 triliun, dan 2018 senilai Rp 1,68 triliun.
Jumlah kas keliling BI berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Penyebabnya, ada pengalihan layanan dari kas keliling di sejumlah daerah menjadi kas titipan.
“Dari hasil analisis kami, pemenuhan kebutuhan uang di daerah yang perkembangan ekonomi dan kebutuhan uangnya relatif besar, lebih efektif dilakukan dengan mekanisme kas titipan,” ujarnya.
BI mencatat, sejak akhir 2015-akhir 2017, BI membuka 79 kas titipan baru, sehingga total kas titipan pada akhir 2017 menjadi 114 kas titipan. Pada awal 2018, jumlah kas titipan menjadi 113, karena dengan beroperasinya layanan kas BI di Gorontalo, Sulawesi Utara, sehingga BI menutup kas keliling di daerah itu. Layanan kas titipan itu bekerja sama dengan kantor pos, bank, dan pegadaian.
Idris (27), pedagang Pasar Saumlaki mengaku terbantu dengan layanan kas keliling. Sebab, selama ini para pedagang kesulitan mendapatkan pecahan kecil rupiah dan menukarkan uang yang lusuh dan rusak.
“Kami biasanya menukarkan pecahan kecil ke pedagang besar. Layanan penukaran uang itu juga sangat jarang dilakukan. Untuk itu, kami berharap BI bekerja sama dengan bank-bank di pulau-pulau kecil agar lebih sering memberikan layanan tersebut,” kata dia. (HEN)