Industri daur ulang plastik merupakan industri menjanjikan untuk menghasilkan produk-produk plastik daur ulang yang dapat memberi nilai ekonomi dan memacu kegiatan ekonomi. Untuk itu, industri daur ulang plastik perlu didukung manajemen pengadaan bahan baku sampah plastik di dalam negeri yang masih memiliki volume sangat besar.
Hal itu mengemuka dalam seminar bertema “Moving Indonesian Plastics Recycling to the New Level” pada acara pameran Plastics and Rubber Indonesia 2018, di Jakarta, Rabu (14/11). Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu antara lain Ketua Umum Indonesian Plastic Recyclers (IPR) Ahmad Nuzuluddin, Direktur Industri Kimia Hilir Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier, dan Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar.
Menurut Novrizal Tahar, industri daur ulang plastik perlu dikembangkan di daerah-daerah untuk memanfaatkan bahan baku sampah plastik yang ada di dalam negeri. Misalnya, industri daur ulang plastik membangun fasilitas daur ulang di daerah-daerah.
Oleh karena itu, lanjut Novrizal, peran pemerintah daerah dalam mengelola sampah plastik sangat penting. Dengan pengelolaan sampah plastik, industri daur ulang plastik semakin mudah mendapatkan bahan baku plastik. Ia menambahkan, ada ketentuan baru, yaitu pemberian insentif berupa dana bagi pemerintah daerah yang mampu mengelola sampah plastik atau bank sampah.
Selain itu, lanjut Novrizal, produsen barang-barang plastik juga perlu memiliki tanggung-jawab atas produk atau kemasan plastik yang dihasilkan dan dipasarkan. “Kita mendorong produsen membangun teknologi daur ulang plastik,” katanya.
Taufiek menambahkan, kebutuhan atau konsumsi plastik di Indonesia mencapai 5,6 juta ton per tahun. Sebanyak 2,3 juta ton dihasilkan dari produksi industri di dalam negeri. Selebihnya merupakan produk plastik yang diimpor.
Industri daur ulang plastik, menurut Taufiek, merupakan industri yang sangat menjanjikan karena dapat memberi nilai tambah dari bahan baku plastik yang didaur ulang. Ia berharap industri daur ulang jangan hanya memproduksi bahan plastik daur ulang setengah jadi berupa plastik-plastik daur ulang yang dipotong atau dicacah, melainkan berupa produk-produk yang lebih memiliki nilai tambah. Untuk itu, teknologi industri daur ulang perlu terus menerus ditingkatkan.
Saat membacakan sambutan Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto pada pembukaan pameran, Taufiek menyampaikan, industri plastik merupakan industri yang perlu didorong pengembangannya karena memiliki potensi pasar sangat prospektif baik di dalam maupun luar negeri.
Plastik merupakan produk yang sangat luas penggunaannya, baik sebagai barang konsumsi, maupun sebagai bahan baku industri, seperti industri makanan dan minuman, elektronik, kosmetik, farmasi, otomotif, maupun untuk pendukung konstruksi.
Untuk industri barang plastik, lanjut Taufiek, ekspor pada 2017 sebesar 1,492 miliar dollar AS dan impor senilai 2,594 miliar dollar AS. Pada tahun ini, ekspor barang plastik diproyeksikan 1,56 miliar dollar AS dan impor 2,84 miliar dollar AS.
Taufiek menambahkan, peningkatan ekspor, baik untuk produk karet maupun plastik, didorong sektor industri ban, sarung tangan, plastik lembaran, kemasan plastik, dan wadah dari plastik. Defisit neraca perdagangan yang terjadi pada sektor industri plastik, terutama untuk barang dari plastik lain merupakan tantangan untuk mendorong pertumbuhan sektor industri plastik. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengundang para calon investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk menanamkan investasi di Indonesia. (FER)