JAKARTA, KOMPAS - Permintaan tenaga kerja lokal berkompeten berdatangan dari perusahaan internasional atau pun nasional yang berada di Indonesia. Namun, suplai pekerja tidak mencukupi.
International Candidate Manager Robert Walters Indonesia (perusahaan konsultan rekrutmen tenaga kerja), Raynaldi Inaray, Senin (5/11/2018), di Jakarta, mengatakan, berdasarkan perbincangan sejumlah perusahaan, permintaan kompetensi disertai dengan pengalaman kerja. Secara spesifik, permintaan menyasar kepada talenta bidang teknologi informasi.
"Karena sektor ekonomi digital tergolong baru berkembang, maka ketersediaan talenta ahli yang tersedia di pasar lokal terbatas. Pekerja lokal bidang teknologi sudah banyak bekerja di luar negeri. Ketika mereka kembali ke tanah air, keahlian mereka bisa ditransfer kepada pekerja lainnya," ujar dia.
Motivasi talenta lokal bekerja di luar negeri adalah mencari pengalaman internasional yang menunjang karir, kemajuan teknologi, dan kultur bekerja lebih terbuka. Raynaldi berpendapat, Indonesia bisa kekurangan tenaga ahli, khususnya bidang teknologi apabila semakin banyak pekerja ke luar. Dampak selanjutnya yaitu perusahaan memilih melakukan alih daya tenaga ahli non Indonesia.
Lebih jauh, dia memandang, pelaku industri dan pemerintah semestinya menciptakan situasi yang mendorong talenta lokal di luar negeri tertarik kembali di Indonesia. Sebagai contoh, memperbanyak usaha komunikasi mengenai situasi ekonomi, investasi, dan tren industri digital di Indonesia. Dari sisi perusahaan pun perlu mengubah kultur bekerja yang lebih terbuka dan dinamis.
Melalui program Pulang Kampung, Robert Walters berhasil mengumpulkan 3.000 orang tenaga kerja Indonesia sejak Mei 2015 hingga triwulan III-2018. Mereka terdata di jaringan Robert Walters di 28 negara. Lebih dari 50 orang di antaranya telah kembali dan terserap di perusahaan di Indonesia. Mayoritas bekerja langsung di bidang teknologi informasi.
"Berdasarkan pengalaman kami, ketika sudah berada di Indonesia, kemungkinan pekerja kembali ke luar negeri sangat kecil," tutur dia.
Dokumen putih Robert Walters "Return of Asian Talent" (2018) meneliti para pekerja migran Asia di negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Salah satu hasil menarik adalah persentase pekerja Indonesia yang balik ke negara asal lebih tinggi dibanding empat negara lainnya, yakni 85 persen. Untuk Indonesia, faktor penarik pulang dan bekerja di tanah air adalah biaya hidup lebih murah.
Raynaldi menambahkan, talenta lokal yang kembali ke tanah air umumnya lebih menyukai bekerja di perusahaan milik pengusaha Asia, termasuk Indonesia. Alasan utamanya yaitu budaya lokal serta rasa nasionalisme.
Andy Aulia (35) merupakan karyawan salah satu perusahaan penyedia laman pemasaran di Jakarta. Bidang pekerjaannya adalah mengolah, memroses, dan mengintepretasi data. Ketiga hal ini telah menjadi ketertarikannya sejak kuliah.
Sebelumnya, dia pernah bekerja cukup lama di perusahaan minyak dan gas bumi di Houston, Amerika Serikat. Profesinya yaitu geophysicist dengan bidang pekerjaan memproses dan menganalisa data untuk kebutuhan eksplorasi serta produksi minyak dan gas.
Ingin lebih dekat dengan keluarga menjadi alasan utama Andy menerima pekerjaan di Indonesia. Menurutnya, kultur perusahaan di Jakarta (Indonesia) dengan di Amerika Serikat tidak memiliki perbedaan signifikan.
"Masing-masing perusahaan mempunyai kultur unik. Masyarakat di Jakarta sudah sangat multikultur. Tantangan saya justru terletak pada adaptasi dari profesi geophysicist menjadi analis data transaksi digital," katanya.
Lebih jauh, perusahaan di Indonesia menawarkan hal-hal lebih menarik. Sebagai contoh, penawaran keuntungan dan manajemen sumber daya manusia.
Secara terpisah, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri dalam keterangan pers mengatakan, Indonesia masih dihadapkan pada tantangan angkatan kerja yang masih didominasi lulusan pendidikan menengah ke bawah. Mengutip data Badan Pusat Statistik, sekitar 58 persen dari 133 juta angkatan kerja Indonesia adalah lulusan SD dan SMP.
Menurutnya, pemerintah telah memutuskan tiga langkah strategis. Pertama, pemerintah mengupayakan suplai tenaga kerja melalui sesuai kebutuhan industri. Kedua, pemerintah meningkatkan pelatihan kerja diikuti sertifikasi. Terakhir, pemerintah mendorong wirausaha dan softskill.