JAKARTA, KOMPAS - Pergeseran perilaku konsumsi dari layanan tradisional menuju data seluler mempengaruhi kinerja operator telekomunikasi. Operator dituntut lebih kreatif menggali sumber pendapatan baru yang erat kaitannya dengan perkembangan teknologi digital.
Direktur Keuangan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom, Harry M Zen, Senin (29/10/2018), di Jakarta, mengatakan, Telkom telah memperkirakan bisnis seluler tradisional (legacy business) akan melemah. Legacy business meliputi suara dan pesan pendek. Tren ini terjadi secara global.
Sebagai gantinya, bisnis produk dan layanan yang erat kaitannya dengan digital terus didorong.
Dia mencontohkan pengalaman Telkom. Pada 2012 - 2013, Telkom menjadikan segmen bisnis enterprise dalam divisi khusus. Segmen ini memiliki produk dan layanan, antara lain konektivitas, pusat data, dan solusi. Pada triwulan III-2018, segmen ini mencatat peningkatan pendapatan 18,9 persen secara tahunan.
Contoh lainnya, sekitar 2015, Telkom meluncurkan layanan jaringan tetap nirkabel bernama IndiHome. Pada triwulan III-2018, pendapatan dari IndiHome mencapai Rp 90 triliun atau naik 57,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total pelanggan tercatat 4,7 juta orang atau tumbuh 101,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017.
Pada triwulan III-2018 Telkom membukukan pendapatan Rp 99,2 triliun atau naik 8,8 persen dibanding triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan periode sama tahun 2017, kenaikan pendapatan hanya 2,3 persen. Kategori bisnis produk dan layanan digital menyumbang 51,88 persen terhadap total pendapatan.
Mengutip laporan riset MNC Sekuritas, yang dirilis September 2018, pada semester I-2018, industri telekomunikasi tumbuh moderat 7,26 persen. Pada periode yang sama 2017, pertumbuhan industri 9,56 persen.
Telkom Group memiliki sejumlah kategori bisnis turunan produk dan layanan digital, seperti platform laman pemasaran dan uang elektronik. Masing-masing bernama Blanja.com dan Telkomsel Cash (TCASH). Harry menekankan, perlakuan terhadap keduanya tidak boleh disamakan dengan upaya yang dilakukan perusahaan rintisan bidang teknologi. Titik penekanan Telkom yaitu kualitas transaksi.
Dia mengklaim bahwa pemakaian aktif TCASH (activeusage) berada di unutan ketiga secara nasional. Di peringkat lebih atas diisi oleh Go-Pay milik Go-Jek dan E-Money milik Bank Mandiri. Secara sistem, TCASH sudah dapat dipakai oleh pelanggan seluler selain operator Telkomsel. TCASH pun telah mendukung transaksi layanan asuransi.
Sementara, terkait Blanja.com, Harry mengemukakan, pihaknya telah berdiskusi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara untuk menjadikan laman pemasaran ini sebagai platform unggulan untuk memasarkan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) andalan. UMKM bisa diambil dari binaan para perusahaan plat merah yang tergabung dalam Rumah Kreatif BUMN.
"Kami tidak menjadikan citranya (Blanja.com) sebagai laman pemasaran yang hanya tergantung belanja pemasaran," tutur dia.
Direktur Keuangan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Heri Supriadi mengatakan, di beberapa negara, kinerja keuangan industri telekomunikasi tergerus karena adanya pergeseran perilaku konsumsi dari legacy ke data. Hal ini lumrah. Akan tetapi, setelah masa transisi berlalu, kinerja keuangan industri akan kembali pulih.
Menurut dia, berdasarkan pengalaman operator di negara lain, pemulihan kinerja keuangan terjadi apabila porsi pendapatan legacy mencapai sepertiga dari total.
Pada triwulan III-2018, Telkomsel membukukan pendapatan Rp 65,7 triliun atau turun 5,5 persen dibanding setahun sebelumnya. Pendapatan kategori produk dan layanan bisnis digital sebesar Rp 33 triliun atau naik 19,8 persen, sedangkan legacy Rp 32 triliun atau turun 22,6 persen.
"Kategori bisnis digital terdiri dari konektivitas berupa paket data seluler dan jasa berwujud aneka layanan serta solusi. Misalnya, iklan digital, benda terhubung internet (IoT), dan aplikasi pemutaran video beraliran langsung (video streaming). Kami terus berusaha menggali berbagai bentuk jasa digital, sehingga kami bisa menekan waktu transisi yang berdampak ke tergerusnya pendapatan," kata Heri.
Hingga semester I-2018, laporan riset MNC Sekuritas menyebut rata-rata pertumbuhan lalu lintas data seluler di industri telekomunikasi naik 83,30 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Akan tetapi, peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan perolehan keuntungan (yield data) yang sepadan karena adanya persaingan harga paket layanan data.
Pasca diberlakukannya kebijakan wajib registrasi nomor prabayar dengan data tunggal kependudukan, laporan itu menyebutkan, yield data mengalami tren penurunan. Pada semester I-2018, rata-rata nilai yield data di industri berkisar antara Rp 6.000 hingga Rp 16.000. Adapun pada semester I-2017, rata-rata nilai yield data sebesar Rp 10.000 sampai Rp 31.000. (MED)