BONTANG, KOMPAS - Holding Industri Pertambangan (HIP) PT Inalum (Persero) yang dibentuk 27 November 2017, terus menunjukkan kinerja yang positif. Hingga Juni 2018, Inalum membukukan Pendapatan Konsolidasi sebesar Rp 30,1 triliun. Pendapatan ini tumbuh 59 persen dari tahun lalu.
"EBITDA Konsolidasi mencapai Rp 9,2 triliun, tumbuh 92 persen dari tahun lalu. Laba Bersih Konsolidasi mencapai Rp 5,3 triliun tumbuh 174 persen dari tahun," kata Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin di Bontang, Minggu (28/10/2018).
Inalum menjadi Induk Usaha Holding dan PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., dan PT Timah Tbk., sebagai anggota Holding. Inalum memegang 65 persen saham PT Aneka Tambang Tbk., 65.02 persen saham PT Bukit Asam Tbk., 65 persen saham PT Timah Tbk., dan 9,36 persen saham PT Freeport Indonesia.
"HIP kini menjadi salah satu tulang punggung negara dalam mendulang devisa dari hasil ekspor dan mengurangi ketergantungan bahan baku dari impor," kata Budi.
Dia menambahkan, Inalum telah menjadi BUMN penyumbang devisa terbesar. Penjualan hasil ekspor HIP hingga 2018 sebesar 2,51 miliar atau sekitar Rp 37 triliun. Adapun hingga Agustus 2018, telah terealisasi 1,57 miliar dollar AS atau 62,5 persen dari proyeksi.
Untuk mendorong terwujudnya hilirisasi produk sektor pertambangan, HIP akan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk merealisasikan proyek-proyek besar bernilai lebih dari 10 miliar dollar AS (Rp 150 triliun). Proyek-proyek itu antara lain pembangunan pabrik alumina, nikel, dan batubara.