JAKARTA, KOMPAS--PT Toshiba Asia Pacific Indonesia berkomitmen mendukung pembangunan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan. Perusahaan itu akan berkontribusi lebih jauh dalam memenuhi kebutuhan energi dan infrastruktur di Indonesia.
"Toshiba berencana memberikan kontribusi pada Indonesia untuk berkembang dan maju bersama. Komitmen dasar kami adalah berkomitmen pada manusia dan masa depan," kata Presiden Direktur PT Toshiba Asia Pacific Indonesia Fumihiro Okada pada temu media di Jakarta, Rabu (24/10/2018).
Fumihiro Okada memaparkan, domain bisnis Toshiba berpusat pada infrastruktur penunjang kehidupan masyarakat modern. Hal ini mencakup, antara lain, infrastruktur sosial, energi, peralatan elektronika, dan berbagai solusi digital.
Sebagai penyedia solusi, data Toshiba Corporation menyebutkan, penjualan pada 2017 mencapai 3,9 triliun yen. Dengan nilai tukar per Rabu, jumlah itu setara 34,7 miliar dollar AS. Jumlah ini terinsi menjadi solusi sistem infrastruktur (29 persen), solusi penyimpanan serta perangkat elektronika (21 persen), sSolusi sistem energi (20 persen), solusi ritel dan percetakan (12 persen), solusi digital (6 persen), dan lainnya (12 persen).
Fumihiro Okada menambahkan, jaringan global Toshiba ada di berbagai negara, termasuk Jepang, China, Amerika Serikat, India, dan Indonesia. Indonesia memiliki kebutuhan listrik yang tetap tinggi, serta tengah berupaya mempercepat penggunaan energi terbarukan.
"Di Indonesia kami berupaya mendukung peningkatan permintaan proyek-proyek energi dan infrastruktur," kata Fumihiro Okada.
Toshiba antara lain memasok turbin uap panas bumi dan generator pada unit pembangkit listrik panas bumi Sarulla unit tiga di Sumatera Utara. Perusahaan itu juga memasok turbin uap ultra-superkritikal dan generator di proyek perluasan pembangkit listrik tenaga batubara Cirebon, Jawa Barat. Toshiba juga memasok turbin hidro dan generator hidro untuk pembangkit listrik Malea, Sulawesi Selatan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, rasio elektrifikasi menyangkut kesejahteraan masyarakat banyak. Rasio elektrifikasi adalah perbandingan jumlah penduduk yang menikmati listrik terhadap total jumlah penduduk.
"Pada 2017, rasio elektrifikasi kita 95,35 persen. Pada 2018 kami perkirakan 97,8 persen, tetapi realisasi pada triwulan III-2018 sebesar 98 persen," kata Darmin di acara Forum Merdeka Barat 9 edisi 4 Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (23/10).
Kebutuhan pembangkit listrik berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan II-2018, perekonomian Indonesia tumbuh 5,27 persen secara tahunan. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) ini ditopang konsumsi rumah tangga, yang porsinya sekitar 55,43 persen dalam struktur PDB.
Adapun pada semester I-2018, PDB Indonesia tumbuh 5,17 persen.
Iklim investasi
Secara terpisah, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menerima kunjungan Gubernur Prefektur Saitama, Jepang, Kiyoshi Ueda, Rabu (24/10), di kantor Kementerian Perindustrian. Kunjungan ini disebut sebagai perkenalan antara kedua belah pihak.
"Kesempatan ini dipakai pemerintah Prefektur Saitama melihat iklim investasi di Indonesia. Mereka juga berharap ada fasilitasi bagi pengusaha-pengusaha asal Saitama yang sudah ada di Indonesia," ujar Airlangga seusai pertemuan yang berlangsung tertutup itu.
Berdasarkan laman Japan External Trade Organization (Jetro), beberapa industri utama ada di Saitama, antara lain komponen otomotif, makanan dan minuman, serta farmasi.
"Pabrik induk Honda dan Nissan ada di Saitama. Penelitian dan pengembangan mereka juga terpusat di sana," tambah Airlangga.
Perusahaan asal Saitama yang beroperasi di Indonesia antara lain Honda, Nissan, dan Showa. (CAS/E03)