JAKARTA, KOMPAS-- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menerbitkan obligasi global senilai 1,5 miliar dollar AS. Dana dari penerbitan obligasi itu akan dibelanjakan untuk investasi dan pembiayaan program pembangkit listrik 35.000 megawatt.
Dengan nilai tukar berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Selasa (23/10/2018), yakni Rp 15.208 per dollar AS, obligasi yang diterbitkan PLN itu setara Rp 22,812 triliun.
Obligasi global itu diterbitkan dalam mata uang dollar AS dan euro. Jangka waktunya 10 tahun 3 bulan, 30 tahun 3 bulan, dan tujuh tahun. Masing-masing tenor tersebut memiliki tingkat bunga 5,375 persen; 6,25 persen; dan 2,875 persen.
Menurut Kepala Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka, penerbitan obligasi global dalam dollar AS dan euro tersebut menandakan basis investor PLN yang semakin luas, termasuk menyasar pasar Eropa.
"Pilihan pendanaan ini cukup tepat karena sebagian besar kebutuhan investasi alat-alat pembangkit listrik masih harus diimpor," kata Made.
Ia menambahkan, di tengah kondisi global yang fluktuatif dan perang dagang yang kian memanas. terutama yang melibatkan Amerika Serikat dan China, PLN masih dipercaya investor. Menurut dia, hal itu membuktikan bahwa struktur keuangan PLN masih sehat dan tumbuh positif di masa mendatang.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa mengatakan, keberhasilan PLN menerbitkan obligasi global karena investor melihat ada jaminan tidak langsung dari pemerintah Indonesia. Di sisi lain, kepercayaan pasar terhadap Indonesia membaik, yang ditunjukkan melalui peringkat kredit Indonesia di posisi layak investasi.
"Sejujurnya, ini agak mengejutkan (keberhasilan PLN menerbitkan obligasi global). Mungkin pasar melihat ada intervensi pemerintah Indonesia untuk mengendalikan biaya produksi listrik PLN lewat penetapan harga batubara domestik 70 dollar AS per ton. Selain itu, penyertaan modal negara untuk PLN pada 2019 juga dianggap sebagai sinyal positif," ujar Fabby.
Data PLN per 31 Juli 2018 menunjukkan, kemajuan program 35.000 MW adalah 17.403 MW (49 persen) di tahap konstruksi, 12.281 MW (35 persen) sudah berstatus penyelesaian pembiayaan, 2.641 MW (7 persen) beroperasi komersial, serta sisanya dalam tahap pengadaan dan perencanaan. (APO)