Perusahaan Menggenjot Penerbitan Reksadana Terproteksi
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Untuk meningkatkan dana kelolaan, sejumlah perusahaan manajemen investasi menggenjot penerbitan reksadana terproteksi. Selain atas permintaan nasabah, strategi ini juga untuk memacu laju penjualan akhir tahun.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sejak awal triwulan IV-2018 hingga 19 Oktober, pendaftaran reksadana terproteksi sudah mencapai 23 produk.
Adapun total pendaftaran reksadana lain seperti reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, reksadana campuran, reksadana indeks, exchange-traded fund (ETF), dan produk alternatif hanya 14 produk.
Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, pertimbangannya dalam meluncurkan produk reksadana di akhir tahun adalah ketersediaan dari underlying asset, serta permintaan pasar secara umum maupun nasabah.
"Untuk reksadana pada akhir tahun biasanya sifatnya memang tidak dadakan atau sudah direncanakan jauh-jauh hari. Kecuali memang ada permintaan khusus dari nasabah untuk menerbitkan produk tertentu," ujarnya.
Menurut Rudiyanto, banyaknya produk reksadana terproteksi yang didaftarkan disebabkan dua hal yakni adanya obligasi yang terbit sehingga ditawarkan ke nasabah, serta adanya permintaan khusus dari nasabah korporasi.
Biasanya, jika ada obligasi yang diterbitkan, manajer investasi membungkus produk tersebut dengan reksadana terproteksi untuk kemudian ditawarkan kepada nasabah. Dua hal itu kalau untuk reksadana terproteksi kenapa banyak yang diluncurkan.
Menurut dia, produk yang telah didaftarkan oleh manajer investasi pada triwulan IV-2018 ini belum tentu akan dirilis dalam waktu dekat. Sebab, proses penerbitan produk paling cepat membutuhkan waktu hingga 40 hari kerja.
Reksa dana terproteksi memang menjadi produk dengan jumlah terbanyak dan dana kelolaan tertinggi di industri reksadana nasional. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga akhir September lalu total reksadana terproteksi memiliki 896 produk dengan nilai aktiva bersih mencapai Rp 139,2 triliun.
Direktur Utama PT MNC Asset Management, Frery Konjongian mengatakan faktor pendorong utama penerbitan reksadana terproteksi adalah adanya permintaan nasabah. Selain itu, bisa juga sebagai strategi perusahaan untuk meningkatkan dana kelolaan alias asset under management (AUM) pada penghujung tahun.
“Kami meluncurkan reksadana terproteksi bukan karena adanya permintaan dari investor, melainkan strategi perseroan untuk menggenjot laju penjualan yang dijual melalui agen,” ujarnya.
Menurutnya, tiap-tiap perusahaan memiliki strategi yang berbeda dalam meluncurkan produk pada penghujung tahun. Selain karena strategi internal, manajer investasi biasanya juga mempertimbangkan kondisi pasar.