JAKARTA, KOMPAS - Berinvestasi di bidang usaha perhotelan dianggap tetap menarik. Hal ini didukung pula komitmen pemerintah untuk memajukan industri pariwisata.
Sebagai contoh, Hotel Yello di bawah group Tauzia. Brand Manager Hotel Yello Josephine Balie, Senin (22/10/2018), di Jakarta, mengatakan akan membuka hotel baru di Manado, Sulawesi Utara, pada 2021. Hotel Yello Manado rencananya memiliki kamar 130.
Hotel Yello Manado masuk dalam agenda pembangunan 150 Hotel Yello sampai tahun 2023. Lokasi dipilih berdekatan dengan destinasi pariwisata. Sebagai contoh, Kupang, Bali, Riau, Medan, Malang
Mengutip salah satu riset Google, Josephine mengatakan, Indonesia diperkirakan bakal menjadi pusat destinasi pariwisata di Asia Tenggara pada tahun 2025. Hal ini didorong oleh maraknya penawaran jasa perjalanan daring.
"Kami mendesain ruangan kamar dan segala akomodasi di hotel agar sesuai dengan proyeksi itu. Misalnya, kami menyediakan interior modern dan akses internet berkecepatan tinggi," kata dia.
Khusus merek Yello, Tauzia mengembangkannya di Hotel Yello Jemursari Surabaya, Hotel Yello Harmoni Jakarta, Hotel Yello Manggarai Jakarta, dan Hotel Yello Paskal Bandung. Rata-rata tingkat okupansi mencapai 70 persen per tahun.
Josephine mengatakan, pada saat musim liburan, menjelang akhir tahun, dan perhelatan kegiatan berskala besar, tingkat okupansi hotel meningkat."Kami memang mendesain Hotel Yello untuk melayani segmen perorangan dan bisnis. Dengan demikian, hotel selalu menerima permintaan layanan terlepas dari musim liburan," kata dia.
Menurut Josephine, tren industri perhotelan diperkirakan akan tetap berkembang positif. Tren ini menyasar ke hotel kategori ekonomis, kelas menengah, atas, dan butik. Dia menyebut, Tauzia mempunyai semua kategori tersebut. Hotel Pop dan Yello termasuk kelas ekonomis. Fox Harris dan Harris Hotels tergolong kelas menengah. Adapun Harris Vertu masuk dalam kelompok kelas atas serta Hotel Preference berjenis hotel butik.
Sesuai data Badan Koordinasi Penanaman Modal pada triwulan II-2018, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) bidang usaha hotel dan restoran termasuk urutan sepuluh besar, dengan nilai Rp 3.209,4 miliar. Total proyek mencapai 286.
Pada periode yang sama, realisasi penanaman modal asing (PMA) bidang usaha hotel dan restoran juga masuk urutan sepuluh besar, dengan nilai 291,7 juta dollar AS. Total proyek sebanyak 1.284.
Mengutip data Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata, realisasi PMA hotel bintang mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke 2017. Pada tahun 2013, nilai realisasinya tercatat 383,27 juta dollar AS. Adapun pada 2017, nilai realisasi meningkat menjadi 525,18 juta dollar AS.
Realisasi PMDN hotel bintang tumbuh fluktuatif. Pada 2013, nilai realisasi mencapai 138,71 juta dollar AS, lalu pada 2014, nilai realisasi turun menjadi 108,71 juta dollar, dan tahun 2015, nilainya naik menjadi 291,88 juta dollar AS.
Realisasi PMDN hotel bintang pada 2016 tercatat turun menjadi 94,88 juta dollar AS. Nilai realisasinya setahun kemudian meningkat menjadi 343,45 juta dollar AS.
Sementara itu, di sela-sela meresmikan Taman Gandrung Terakota di kawasan Jiwa Jawa Ijen Resort, Licin, Banyuwangi, akhir pekan lalu, Menteri Pariwisata Arief Yahya berpendapat, Banyuwangi bisa menjadi destinasi kelas dunia. Dari sisi amenitas, misalnya, Banyuwangi sekarang telah memiliki puluhan hotel dan ratusan rumah singgah (homestay).
Banyuwangi juga mempunyai bandara. Pada akhir tahun 2018, harapannya, bandara itu sudah bisa melayani penerbangan dari luar negeri ke Banyuwangi. Setiap tahun, Banyuwangi setidaknya memiliki sekitar 77 agenda acara. (MED)