JAKARTA, KOMPAS--Penyebaran aplikasi perusak baru berkembang setiap tiga detik. Ancaman serangan siber menggunakan aplikasi ini menyasar ke industri jasa keuangan, infrastruktur layanan publik, kesehatan, dan penyedia jasa internet.
Studi Palo Alto Networks menunjukkan, saat ini, setiap satu menit rata-rata terdapat penyebaran aplikasi perusak (malware) sebanyak 2.021 kali. Setiap 15 menit terjadi penyebaran sebanyak 9.864 kali. Adapun dalam 30 menit ditemukan penyebaran hingga 45.457 kali. Studi yang sama menunjukkan, infeksi aplikasi perusak baru terjadi setiap tiga detik.
Country Manager Palo Alto Networks Indonesia, Surung Sinamo, dalam pertemuan terbatas dengan sejumlah media, Selasa (25/9/2018), di Jakarta, menjelaskan, saat ini masyarakat menggunakan internet untuk berbagai keperluan. Penggunaan itu antara lain untuk komunikasi, penunjang aktivitas harian, hingga bertransaksi.
Palo Alto Networks adalah perusahaan multinasional di bidang solusi keamanan siber.
Kemudahan dalam penggunaan internet itu dikerjakan melalui perangkat bergerak, seperti ponsel pintar. Agar tetap relevan dengan pergerakan perilaku itu, keempat sektor industri bertransformasi. Di sektor jasa keuangan, misalnya, perbankan mengembangkan aplikasi untuk memudahkan transaksi. baik bagi segmen konsumer ritel maupun bagi perusahaan.
"Ketika digitalisasi berkembang pesat, ancaman serangan siber juga meningkat. Jika sebelumnya serangan banyak mengenai infrastruktur jaringan, kini, serangan menerpa hingga ke aplikasi," ujar dia.
Surung mengemukakan, salah satu motif serangan siber menggunakan aplikasi perusak adalah ekonomi. Oleh sebab itu, industri jasa keuangan ada di peringkat teratas target serangan. Kemudian, infrastruktur layanan publik, kesehatan, dan jasa internet.
Serangan dilancarkan secara sistematik dan menyeluruh ke sistem di dalam perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan solusi keamanan yang terintegrasi dari infrastruktur jaringan, pusat data, hingga aplikasi.
Senior Vice President Network Data Center Group Strategic Information Technologi di PT Bank Central Asia Tbk, Lily Wongso, menyebutkan, saat ini transaksi elektronik melalui perangkat bergerak tumbuh 20 persen. Angka ini melampaui pertumbuhan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri.
"Kami berencana lebih gencar menerapkan digitalisasi pada sejumlah produk dan layanan. Kami juga akan meningkatkan otomatisasi di beberapa lini operasi di back office," ujar dia.
Seiring dengan strategi digitalisasi tersebut, tambah Lily, pihaknya juga menyadari perihal keberadaan ancaman serangan siber. Salah satu kendala untuk mencegah serangan siber adalah kesulitan mengidentifikasi jenis dan bentuk kejahatan siber.
"Kami perlu menerapkan solusi dinding api (firewall) baru di sistem keamanan digital internal," kata dia. (MEDIANA)