MOSKWA, KOMPAS — Pemerintah perlu menyiapkan peta jalan pengembangan nuklir di Indonesia. Upaya ini merupakan bagian dari persiapan pemanfaatan teknologi nuklir di segala bidang.
Sejumlah universitas di Indonesia mencoba mencari peluang kerja sama dengan universitas di Rusia terkait pemanfaatan teknologi nuklir.
Dalam kunjungan ke kampus National Research Nuclear University, Kamis (6/9/2018) di Moskwa, Rusia, Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Panut Mulyono mengatakan, teknologi nuklir di Indonesia banyak diterapkan di bidang kesehatan dan pertanian. Namun, pengembangan lebih serius untuk pembangkit listrik belum ada. Sebagai pilihan sumber energi, penguatan sumber daya di bidang nuklir harus dilakukan.
”Tak ada salahnya dibuat peta jalan pengembangan nuklir untuk tenaga listrik oleh pemerintah. Selama ini belum ada. Sumber daya di Indonesia harus dikerahkan dan saya rasa Indonesia cukup mampu,” katanya.
Kekhawatiran penyalahgunaan nuklir untuk persenjataan, menurut Panut, terlalu berlebihan. Apalagi, Indonesia masuk dalam bagian struktural Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Salah satu tugas IAEA adalah mengawasi dan mencegah pemanfaatan nuklir untuk tujuan militer (persenjataan).
Dalam paparannya di National Research Nuclear University, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi mengatakan, pihaknya membuka peluang kerja sama dengan sejumlah universitas di Rusia dalam pemanfaatan nuklir untuk energi listrik, kedokteran, ataupun peralatan elektronik. Kerja sama itu bisa direalisasikan melalui penelitian bersama ataupun pertukaran pelajar dan tenaga pengajar.
Selain UGM dan ITB, sejumlah rektor yang hadir dalam kunjungan tersebut adalah Rektor Universitas Indonesia Jakarta Muhammad Anis, Rektor Institut Pertanian Bogor Arif Satria, Rektor Universitas Diponegoro Semarang Yos Johan Utama, Wakil Rektor Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya Heru Setyawan, dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana Ngakan Putu Gede Suardana.
Wakil Rektor National Research Nuclear University Tatiana Leonova mengatakan, studi nuklir yang paling diminati adalah pemanfaatan nuklir untuk sumber energi pembangkit listrik serta nuklir untuk kedokteran dan sistem kecerdasan siber.
”Kami juga bekerja sama erat dengan Rosatom (perusahaan pembangkit listrik di Rusia) untuk pemanfaatan nuklir bagi pembangkit listrik,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies Marwan Batubara mengingatkan agar sumber daya panas bumi di Indonesia juga dikembangkan.