JAKARTA, KOMPAS--Pelaku industri asuransi jiwa dan asuransi umum optimistis akan tumbuh positif hingga akhir tahun. Premi industri asuransi jiwa tumbuh 5,5 persen, sedangkan industri asuransi umum tumbuh 11 persen dalam setahun.
Meski demikian, pendapatan industri asuransi jiwa per triwulan II-2018 turun 22,9 persen dalam setahun, menjadi Rp 89,73 triliun. Penurunan tersebut akibat penurunan pendapatan lainnya dan penurunan total tertanggung, baik perorangan maupun kumpulan.
Premi industri asuransi jiwa hingga akhir triwulan II-2018 tumbuh 5,5 persen dalam setahun, menjadi Rp 93,58 triliun.
“Perlambatan total pendapatan ini terutama dari sisi investasi. Akan tetapi, premi tetap tumbuh baik dan berkontribusi 104,3 persen terhadap total pendapatan. Hal itu didukung premi bisnis baru dan premi lanjutan,” kata Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim, dalam paparan triwulan II-2018, Senin (27/8/2018), di Jakarta.
AAJI juga mencatat, total tertanggung industri asuransi jiwa turun 9 persen dari 58.509.690 juta orang menjadi 53.271.946 juta orang. Sementara, total klaim dan manfaat meningkat 14,5 persen, dari Rp 53,08 triliun menjadi Rp 60,78 triliun.
Menurut Hendrisman, penurunan imbal hasil investasi yang berdampak pada penurunan total pendapatan disebabkan kondisi pasar modal yang melambat sejak awal tahun ini. Sementara, portofolio dana asuransi sebagian besar berada di instrumen saham. Komposisi portofolio dana asuransi adalah 33 persen di reksa dana; 31,6 persen di saham; 13,8 persen di surat berharga negara; 10,6 persen di deposito; 6,9 persen di sukuk korporasi; 1,7 persen penyertaan langsung; 1,4 persen di properti bangunan dan tanah, serta 1 persen di lain-lain.
Hendrisman yakin penurunan itu tidak akan berlangsung terus-menerus. Sebab, perusahaan asuransi tetap mengantisipasinya dengan memindahkan portofolio ke instrumen yang lebih stabil, seperti instrumen reksa dana. Selain itu, industri asuransi jiwa di Indonesia juga masih terus tumbuh.
Penerbangan
Sementara itu, laporan semester I-2018, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyebutkan, premi bruto asuransi umum tumbuh 11 persen menjadi Rp 33,1 triliun. Beberapa lini bisnis yang tumbuh tinggi adalah asuransi penerbangan dan satelit (188,2 persen), tanggung gugat (52 persen), aneka (43,2 persen), asuransi kredit (27,7 persen), dan kecelakaan diri (20,2 persen).
Pangsa pasar premi asuransi umum tetap didominasi lini bisnis asuransi kendaraan bermotor dan harta benda. “Kami optimistis hingga akhir tahun tumbuh 10-15 persen dari lini bisnis harta benda dan kendaraan bermotor,” kata Ketua Bidang Statistik, Riset, Teknologi Informasi, Analisa, dan Aktuaria AAUI Trinita Situmeang.
Sementara, klaim bruto pada semester I-2018 tumbuh 3,3 persen dari Rp 12,5 triliun menjadi Rp 12,9 triliun. Peningkatan terjadi di lini bisnis asuransi kredit, penjaminan, kecelakaan diri, aneka, dan kendaraan bermotor.
Menurut Direktur Eksekutif AAUI Dody AS Dalimunthe, dampak dari bencana gempa di Nusa Tenggara Barat masih dalam proses pelaporan. (NAD)