JAYAPURA, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Papua bersama Bank Indonesia untuk pertama kalinya menggelar Festival Kopi Papua di Jayapura, Jumat (3/8/2018). Kegiatan ini bertujuan mendorong minat petani untuk meningkatkan budidaya kopi di Papua yang masih rendah.
Acara yang berlangsung di halaman parkir kantor Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Papua itu menampilkan komoditas kopi arabika dan robusta dari sejumlah daerah sentra penghasil di Papua. Festival berlangsung hingga Sabtu (4/8).
Festival Kopi Papua diikuti para petani dari sejumlah daerah, antara lain Jayawijaya, Dogiyai, Pegunungan Bintang, Merauke, dan Nabire. Selain itu, terdapat pula stan dari sejumlah tempat usaha kedai kopi dan kafe di Jayapura. Total terdapat 25 stan yang berpartisipasi dalam festival tersebut.
Festival tidak hanya dihadiri warga Papua, tetapi juga wisatawan asing, seperti dari Selandia Baru dan Jepang. Kegiatan juga diisi dengan lomba foto desain kopi latte, pertunjukan barista (cara menyajikan kopi), dan diskusi tentang pengembangan kopi Papua.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Papua Joko Supratikto mengatakan, pihaknya bersama Pemprov Papua menggelar Festival Kopi Papua karena kopi adalah komoditas unggulan yang dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru selain sektor pertambangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan I-2018 mencapai 28,93 persen. Namun, pertumbuhan tersebut didominasi sektor pertambangan yang mencapai 74 persen melalui tambang tembaga dan emas milik PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika. Adapun sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan hanya berkontribusi 3 persen.
Kurang maksimal
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Papua, total luas areal perkebunan kopi di Papua mencapai 10.900 hektar. Namun, produktivitasnya kurang maksimal karena baru 600 kilogram per hektar. Padahal, idealnya bisa mencapai minimal 1 ton per hektar.
”Kami berharap dengan adanya festival ini dapat memotivasi para petani untuk meningkatkan produksi kopi sehingga menjadi nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi Papua,” kata Joko.
Penjabat Gubernur Papua Soedarmo menuturkan, kopi dan sagu Papua adalah komoditas yang memiliki potensi dengan kualitas nasional, bahkan internasional. Karena itu, Festival Kopi Papua adalah kegiatan bertema kearifan lokal dengan tujuan utama meningkatkan daya saing sekaligus kesejahteraan para petani.
”Dalam waktu dekat, kami juga akan menggelar Festival Kopi Papua di Jakarta. Selanjutnya Pemprov Papua segera mengirim tim untuk mempromosikan kopi Papua dalam pameran di Perancis yang berlangsung September mendatang,” ucap Soedarmo.
Nikolaus Bukega, petani kopi asal Pegunungan Bintang, mengaku sangat bangga dapat mempromosikan kopi arabika khas daerahnya di festival itu. ”Sekarang ada 9.000 petani di 15 distrik di Pegunungan Bintang yang memiliki kebun kopi arabika. Kami berharap juga adanya bantuan pelatihan untuk pengolahan biji kopi dan akses untuk pemasaran dari berbagai pihak,” katanya.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar menyatakan, pihaknya memiliki Satuan Tugas Noken Polri yang berfungsi memberikan pembinaan dalam bidang pemberdayaan ekonomi kepada masyarakat setempat. Satgas tersebut bisa diterjunkan untuk memberikan pembinaan terhadap petani di beberapa daerah penghasil kopi di Papua. (FLO)