JAKARTA, KOMPAS--Bank Indonesia resmi menggunakan Indonesia Overnight Index Average atau IndONIA per 1 Agustus 2018. Selain untuk memperdalam pasar keuangan, IndONIA bertujuan memperkuat kredibilitas suku bunga acuan di pasar uang antarbank, sehingga dapat mendukung stabilitas moneter dan sistem keuangan.
Ketentuan yang mengatur penguatan suku bunga acuan pasar uang antarbank ini dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia atau PBI Nomor 20/7/PBI/2018 tentang IndONIA dan Jakarta Interbank Offered Rate (Jibor). Dengan ketentuan itu, suku bunga acuan di pasar keuangan akan menggunakan IndONIA dan Jibor.
IndONIA merupakan suku bunga acuan atas transaksi pasar uang antarbank (PUAB) overnight atau satu malam. Pembentukan IndONIA berasal dari seluruh transaksi PUAB yang dilaporkan melalui Laporan Harian Bank Umum.
IndONIA akan menggantikan Jibor overnight dengan masa transisi penggantian 1 Agustus 2018-2 Januari 2019. BI tetap akan mempublikasikan Jibor overnight hingga 31 Desember 2018. Namun, mulai awal 2019, Jibor hanya akan terdiri dari lima tenor atau jangka waktu, yaitu 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI) Yoga Affandi di Jakarta, Rabu (1/8/2018), mengatakan, penguatan suku bunga acuan PUAB ini akan mendorong transaksi derivatif suku bunga. Perkembangan transaksi derivatif suku bunga akan mendukung pengembangan pasar modal melalui aktivitas lindung nilai suku bunga.
Saat ini, transaksi derivatif suku bunga di pasar uang masih sangat kecil, yaitu 5 persen dari total transaksi derivatif. Transaksi derivatif suku bunga yang saat ini sudah dilakukan berbentuk Interest Rate Swap (IRS). Transaksi itu biasanya dilakukan korporasi di bank untuk melakukan lindung nilai terhadap potensi kenaikan atau penurunan suku bunga di masa mendatang.
“IndONIA tidak secara langsung menjaga stabilitas rupiah. Namun, dengan IndONIA, korporasi bisa mendapatkan referensi suku bunga acuan yang lebih kredibel di pasar uang, sehingga mereka dapat menentukan kapan harus melakukan lindung nilai terhadap suku bunga atas utang mereka yang kebanyak dalam dollar AS,” ujarnya.
Menurut catatan BI, pada Maret 2018, total nilai transaksi IRS sebesar 2,5 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, sekitar 10 persen di antaranya berupa rupiah dan 90 persennya berupa dollar AS.
Yoga menambahkan, melalui IndONIA, suku bunga acuan di pasar uang semakin transparan. Penggunaan suku bunga referensi yang transparan dalam berbagai produk keuangan, seperti kredit perbankan, diharapkan mendorong pengelolaan ekspetasi suku bunga dan eksposur risiko nasabah.
Efektif
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengapresiasi penggunaan IndONIA sebagai suku bunga acuan di pasar uang menggantikan Jibor overnight.
Dengan IndONIA, transmisi kebijakan suku bunga acuan BI ke suku bunga simpanan perbankan semakin cepat. Pada akhirnya, intermediasi perbankan lebih efektif.
IndONIA juga dapat menjadi suku bunga acuan di pasar derivatif suku bunga. Sejauh ini, volume transaksi derivatif suku bunga hanya 5 persen dari total transaksi derivatif.
“Semakin banyak penggunaan derivatif suku bunga, maka jasa keuangan bisa lebih kuat menahan fluktuasi moneter global, terutama di tengah tren kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS dan pelemahan rupiah. Derivatif sebagai instrumen lindung nilai tersebut perlu terus didorong,” kata Bhima. (HEN)