Panen Udang Tambak Percontohan Muara Gembong Melonjak
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah panen ikan dan udang pada proyek percontohan program perhutanan sosial di Tambak Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, meningkat lebih dari 100 persen dari sebelumnya. Kenaikan tersebut alhasil meningkatkan pendapatan bersih petambak.
Panen perdana di Tambak Muara Gembong dapat mencapai 4 ton hingga 5 ton per hektar. Adapun jumlah panen sebelum proyek percontohan dilakukan hanya mencapai 50-100 kilogram per hektar.
Dengan demikian, pendapatan bersih petambak meningkat pesat hingga rata-rata mencapai Rp 18 juta per bulan. Petambak pun akhirnya dapat membayar upah pekerja tambak sesuai upah minimum regional (UMR), yakni Rp 3,4 juta per bulan.
”Program ini diyakini mampu mendorong ekonomi Indonesia tumbuh ke arah yang jauh lebih baik,” kata Project Manager Redistribusi Aset Muara Gembong Agus Dwi Handaya di Jakarta, Kamis (26/7/2018). Agus juga merupakan Pejabat Executive Kepatuhan Bank Mandiri.
Adapun proyek percontohan ini dilakukan melalui redistribusi aset yang difasilitasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Instansi lain yang terlibat adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Perikanan Indonesia (Perindo), dan Bank Mandiri.
Redistribusi aset dilakukan sesuai dengan bidang kementerian dan lembaga masing-masing. Misalnya, KKP membantu pengolahan lahan tambak dan pengadaan bibit udang dan KLHK menerbitkan izin pemanfaatan hutan perhutanan sosial (IPHPS) bagi petambak lokal penggarap, dengan syarat mereka juga harus menanam mangrove di lahan yang sama.
”Skema redistribusi aset kepada petambak lokal secara terintegrasi ini dapat dilakukan di wilayah lain dengan kondisi yang relatif sama. Melalui program ini, diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat dan mendorong pembangunan ekonomi yang merata,” ujar Agus.
Dengan demikian, proyek ini menggunakan konsep community development. Tidak dimungkiri, kesuksesan proyek dengan konsep tersebut membutuhkan kelengkapan elemen pendukung, seperti infrastruktur tambak dan penunjang tambak, pendampingan dan pembeli (off-taker), pembiayaan petambak, serta penggunaan teknologi modernisasi tambak.