Penyeberangan Akan Terapkan Pembayaran Nontunai Berjadwal
Oleh
Maria Clara Wresti
·2 menit baca
SERANG, KOMPAS — Kedatangan penumpang yang selalu menumpuk di waktu-waktu yang sama membuat kondisi pelabuhan penyeberangan tidak nyaman dan pelayanan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) akan menerapkan penjulan tiket berjadwal dan nontunai.
”Penjualannya akan dimulai pertengahan Agustus nanti. Jadi, penumpang membeli tiket di agen-agen penjualan atau melalui internet. Tiket yang dibeli akan mencantumkan jadwal keberangkatan hingga ke jam keberangkatan. Jadi, di luar jadwal yang ada, tiket tidak berlaku,” kata Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi di Merak, Serang, Rabu (25/7/2018).
Pencantuman jam keberangkatan ini, menurut Ira, merupakan upaya untuk menghilangkan kepadatan di satu titik. ”Contoh paling nyata terlihat saat lebaran. Semua penumpang maunya hanya berangkat pada malam hari. Akibatnya, saat malam kepadatan sungguh menyusahkan semua penumpang dan kondisi ini sudah terjadi bertahun-tahun. Padahal, jumlah penumpang meningkat terus,” kata Ira.
Saat ini, ASDP masih menghitung masa berlaku tiket yang paling efisien. Apakah masa berlakunya satu jam atau dua jam. Di setiap waktu akan dihitung berapa jumlah maksimal penumpang yang bisa ditampung sehingga pelabuhan dan aliran penumpang tetap nyaman, aman, dan selamat.
Sementara Sekretaris Perusahaan ASDP Indonesia Ferry Imelda Alini mengatakan, pada tahap awal tiket berjadwal dan nontunai ini akan diterapkan untuk penumpang pejalan kaki dan hanya di pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk. ”Kemudian secara bertahap akan diterapkan untuk sepeda motor, kemudian pada akhir 2018 akan diterapkan ke mobil penumpang,” kata Imelda.
Untuk angkutan barang, akan diatur terakhir karena berkaitan dengan dimensi kendaraan. ”Nanti pada akhirnya mereka juga harus membeli tiket secara nontunai. Bisa lewat channel penjualan tiket ataupun aplikasi. Lebaran 2019, semua penjualan tiket sudah melalui nontunai,” ujar Imelda.
Penerapan tiket nontunai berjadwal ini juga untuk mengantisipasi pertumbuhan penumpang yang terus menunjukkan tren kenaikan. Imelda mengatakan, trip penyeberangan dan penumpang setiap tahun rata-rata meningkat 100 persen.
Ira menambahkan, budaya nontunai merupakan budaya modern yang membuat semua transaksi menjadi transparan dan efisien. Negara-negara yang mempunyai indeks pembangunan manusia tinggi ternyata juga mempunyai budaya nontunai.
”Praktik nontunai juga dapat meningkatkan pendapatan hingga 20-25 persen karena semua transaksi tercatat jelas. Petugas tidak perlu lagi mencocokkan uang yang masuk dengan catatan transaksi karena semuanya telah tercatat secara digital,” ujarnya.